Jiwa adalah suatu unsur yang  Allah SWT berikan kepada makhluk ciptaan-Nya. Jiwa adalah sesuatu yang dapat diubah dan dikuasai sepenuhnya oleh manusia. Makna jiwa dalam konteks Islam, khususnya dalam kitab suci Al-Quran, melibatkan dimensi spiritual dan psikologis. Dalam kitab suci Al-Qur'an, konsep jiwa dijelaskan sebagai "nafs" memiliki makna yang cukup luas dan mendalam. Bahkan beberapa surah dalam Al-Qur'an mencerminkan pengertian dari jiwa, yaitu:Â
- 1. Â Pada surat Al-Isra yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit." Â (QS. Al-Isra: 85)
- 2. Â Adapun surat As-Syams yang artinya: "Dan Dan jiwa serta penyempurnaan nya (ciptaannya)," (QS. As-Syams: 7)Â
Dari kutipan ayat diatas, Allah telah menjelaskan bahwa makna dari nafs adalah jiwa . Dengan begitu, jiwa menurut Al-Qur'an terbagi menjadi 3 jenis, dan salah satunya adalah jiwa al-Ammaraah. Istilah al-Ammaraah diambil dari ayat Al-Qur'an yang artinya:
" Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Yusuf: 53)Â
Pada ayat diatas, terdapat penggalan ayat yang berarti, "Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,". Ammaraah secara etimologi diartikan sebagai perintah, atau dorongan. Sedangkan kata "al-suu'i" berarti kejahatan atau keburukan. Maka dapat diartikan bahwa jiwa al-Ammaraah adalah tingkatan jiwa yang lebih cenderung pada sisi kejahatan dan perbuatan jahat. Nafs ini sering kali mendorong manusia untuk melakukan perbuatan tercela atau bahkan berbuat dosa. Jiwa al-Ammaraah adalah jiwa yang mendorong manusia untuk memuaskan hasrat buruknya,tetapi juga bisa menimbulkan hasrat baik dari suatu perbuatan, salah satu contohnya adalah kenikmatan, dan kelezatan seksual. Jiwa al-Ammaraah mendorong individunya untuk melakukan sesuatu tanpa membedakan baik buruk, salah benar, serta perlu atau tidaknya perbuatan tersebut hanya berdasarkan keinginan nafsu belaka.Â
Manusia yang mendominan pada jiwa al-Ammaraah menurut Al-Qur'an adalah al-faasiquun, atau pribadi yang terpecah belah, bukan pribadi yang utuh. Manusia fasik adalah mereka yang melupakan kehadiran Allah SWT, dan mengingkari ajaran-Nya. Mereka bersaksi bahwa mereka beriman, tetapi tidak menunjukkan nilai-nilai keislaman yang sempurna. Mereka kerap kali berbuat maksiat, meninggalkan shalat, atau bahkan  memanggil nama Allah SWT hanya ketika dibutuhkan. Manusia yang melupakan Allah Swt akan dilupakan oleh Allah SWT, dan akan dicabut pribadi kemanusiaan nya. Mereka adalah orang-orang yang akan hidup tanpa iman kepada Allah SWT, tanpa ilmu, tanpa ketajaman berpikir, tanpa kepekaan hati dan perasaan, bahkan tanpa keteguhan hati. Mereka akan menjadi manusia yang rapuh ditengah arus budaya dan pemikiran sehingga mudah ter asumsi oleh hal-hal duniawi.Â
Maka dari itu, seorang manusia harus bisa menguasai dirinya sendiri, jiwanya sendiri, dan mengingatkan dirinya terhadap Allah SWT. Jiwa al-Ammaraah dapat dihindari dengan cara tazkiyat al-nafs, atau penyucian jiwa. Penyucian jiwa bertujuan untuk membersihkan kepribadian seseorang seperti saat baru dilahirkan, yakni bersih suci tanpa noda. Memohon ampunan kepada Allah SWT dan nasuhah dari segala dosa yang telah diperbuat, dan membentengi diri dengan iman dan ketakwaan. Penyucian jiwa tidak hanya membantu manusia untuk membersihkan penyakit hati, tetapi juga membantu menjauhkan manusia dari sifat-sifat yang buruk nan tercela, yaitu kedamaian, ketenteraman, kebahagiaan, sampai kepada kesehatan mental.  Seperti sabda Allah SWT dalam Al-Qur'an yang artinya:Â
"sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotori nya."Â (As-Syams: 9-10)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H