Mohon tunggu...
Syailendra Persada
Syailendra Persada Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah mahasiswa fakultas ilmu budaya 2007 dan tertarik dengan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PredestinASi DALam Konsep Ke-tuhanan

4 Februari 2011   00:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada suatu hari seorang kawan saya meminjamkan sebuah buku berjudul "Aku Beriman maka Aku bertanya" yang ditulis oleh seorang Mualaf asal Amerika Jeffrey Lang.  Dia pada mulanya adalah seorang Kristen tetapi akhirnya "mendeklarasikan" dirinya menjadi seorang ateis karena ketidak percayaannya terhadap konsep Ke-Tuhanan.  Di dalam buku tersebut dia menjelaskan bagaimana perjalanan batinnya hingga dia akhirnya menjadi seorang Muslim.  Buku ini juga menjelaskan berbagai problematika yang dihadapi oleh Muslim Amerika.

Kondisi sosial masyarakat Amerika yang cenderung memproteksi pikiran mereka dari Agama Islam yang dianggap "tidak rasional" menuntut dia harus berpikir lebih dibandingkan seorang ustad yang berada di indonesia.  Menurutnya bagaimana membahasakan hukum langit dengan bahasa manusia (metode pembahasan ilmiah) agar dapat diterima oleh Masyarakat Amerika adalah salah satu kunci agar Islam dapat diterima.

Yang kemudian menarik dalam salah satu pembahasan di dalam buku ini adalah adanya konsep Predestinasi.  Tulisan mengenai Predestinasi dibawah ini merupakan hasil penulisan saya sendiri yang secara sederhana merupakan hasil penyimpulan singkat dari konsep Predestinasi yang ditawarkan oleh Jeffrey Lang.  Kenapa dikatakan penyimpulan singkat adalah karena saya belum menyelesaikan buku tersebut tetapi terlepas dari hal tersebut secara garis besar saya telah menangkap arah dari Predestinasi tersebut.

Dilihat dari bahasanya maka Predestinasi adalah gabungan dari dua kata yaitu Pre atau mungkin lebih akrab dengan pra yang artinya sebelum dan "destination" yang bisa diartikan takdir atau mungkin dalam hal ini adalah ketetapan.  Jadi secara harfiah predestinasi adalah konsep dimana takdir atau ketetapan seseorang telah lama ditentukan oleh Sang Khalik.  Berangkat dari sinilah banyak dari kaum oposisi dalam hal ini ateis yang beranggapan bahwa agama mengandung konsep "Force" atau memaksa.  Konsep predestinasi ini sendiri tidak hanya milik Islam tetapi semua agama yang memiliki Tuhan untuk disembah.  Dalam konsep ini Tuhan adalah entitas Maha Agung sehingga tidak mungkin Dia "Berjalan" tanpa tujuan atau rencana.  Bisa dikatakan bahwa konsep predestinasi adalah rencana Tuhan terhadap makhluknya jauh sebelum dia menjadi bagian dari entitas yang ada di bumi.

Tetapi konsep Pradestinasi ini oleh sebagian kalangan yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan  dijadikan sebagai cara berpikir bagi mereka untuk mengukuhkan pola pikir penolakan terhadap konsep ke Tuhanan yang telah dibangun.  Konsep tersebut mereka pahami adalah sebagai berikut, bahwa dengan adanya predestinasi ini maka kehidupan manusia diibaratkan sebagai sebuah buku drama dimana didalamnya manusia tinggal meminkan perannya sebagai seorang aktor sementara sekenario dan jalan cerita dari aktor tersebut sepenuhnya adalah buah karya dari si pembuat naskah dalam hal ini Tuhan.  Berangkat dari pemahaman ini lah mereka mengasumsikan bahwa manusia tidak dapat memilih perannya karena dia hanyalah aktor.  Kesalahan pemahaman tentang konsep predestinasi ini juga muncul di kalangan yang "mengaku" dirinya memiliki konsep ke Tuhanan.  Sering kali ditemui di dalam lingkungan tempat kita tinggal adanya masyarakat yang memasrahkan dirinya ke pada Sang Pencipta ketika dia menghadapi cobaan dengan asumsi bahwa ha tersebut telah menjadi takdir Tuhan dalam artian yang sebenarnya.

Kesalahan dari pemahaman sebagai masyarakat dalam memandang konsep predestinasi adalah karena  terjebak pada konsep takdir atau ketetapan.  Sebagian golongan beranggapan bahwa takdir atau ketetapan adalah sesuatu yang mutlak tidak dapat ditawar.  Tetapi perlu kita ingat bahwa kata Takdir dan Ketetapan disini bersandingan dengan Tuhan pencipta alam semesta yang tentu saja memiliki konsep yang berbeda dengan ciptaan-Nya.  Dalam artian bahwa ketetapan yang dimiliki oleh Allah tidak sepenuhnya mutlak harga mati sebuah putusan atas makhluk-Nya.

Di dalam agama Islam ada 4 ketetapan (predestinasi) yang telah ditetapkan oleh Allah atas ciptaan-Nya ketika dia masih berada di dalam kandungan.  Adalah Jenis kelamin, kematian, jodoh, dan rezeki.  Dua ketetapan yang diawal adalah sebuah harga mati bagi seorang insan, jenis kelamin dan kematian.  Sedangkan untuk jodoh dan rezeki adalah murni hasil tangan kita.  Allah tidak pernah memberikan ketetapan pasti untuk kedua masalah tersebut.  Analoginya seperti ini ketika saya menikah dengan wanita yang saya inginkan itu bukan berarti dia memang jodoh pasti yang telah Allah tuliskan untukku.  Dalam hal ini tetapi pada dasarnya ada banyak nama wanita yang memang telah dituliskan oleh Allah, tinggal panggung mana yang saya ambil itulah yang akan menentukan hasil akhirnya.  Pun sama Allah memberikan pilihan kepada hambanya untuk meninggal dalam keadaan baik atau merugi.  Kita diberikan pilihan sehingga bisa dikatakan bahwa didalam ketetapan yang Allah berikan kepada seseorang itu bukan mutlak satu.  Tetapi ada banyak panggung yang disediakan oleh Allah untuk kita tinggal mana yang kita pilih.

Itulah konsep ketetapan ALLAH, jika digambarkan menggunakan deret angka maka seperti ini hasilnya.  Konsep manusia dalam memandang ketetapan dibatasi oleh definisi akan ketetapan yang merujuk pada satu hal.  Padahal ALLAH menyediakan banyak ketetapn untuk setiap hambanya tinggal mana yang dia pilih.  Untuk memilih panggung mana yang akan diambil itulah manusia dibekali tiga hal yang pertama adalah akal; kemampuan untuk berpikir, lalu ada moral;kemampuan menentukan baik dan buruk, bermanfaat atau tidak, indah atau jelek, dsb, dan yang terakhir adalah tuntunan Ilahi; agar kita tidak salah dalam memilih panggung.

Maka dari itu konsep predestinasi bukanlah suatu konsep yang mengkerdilkan Kekuasan ALLAH justru dengan adanya Konsep itu maka keberadaan ALLAH semakin jelas terlihat. Hanya jenis kelamin dan kapan kita mati lah yang sudah mutlak hanya satu dan tidak bisa kita usahakan sedangkan segemen lain dalam kehidupan lainnya, jika meminjam bahasa ekonomi, adalah proses tawar menawar kita dengan Sang Khalik.

referensi:
1.  Aku Beriman maka Aku Bertanya-Jeffrey Lang
2.  Jalan Cinta Para Pejuang-Salim A Filah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun