[caption id="attachment_126579" align="aligncenter" width="367" caption="Ilustrasi:Google"][/caption]
Apa yang dikatakan Nazaruddin membuat kita rakyat Indonesia yang mengharapkan penegakan hukum terhadap koruptor berjalan sebagaimana mestinya menjadi kucewa, bukan lagi kecewa tapi sedikit diatas kecewa. Si burung Nazar yang tadinya begitu lantang bernyanyi sekarang diam tak bersuara seolah-olah ada masalah dengan pita suaranya sehingga untuk sementara [bisa selamanya] tidak bisa bernyanyi untuk kita semua. Dan anehnya konon katanya dia hanya amnesia terhadap hal-hal yang berbau korupsi yang dilakukanya bersama “kroni-kroni”nya, sementara untuk hal-hal lain dia masih ingat.
Agak aneh memang, tapi sebenarnya hal-hal aneh sudah menjadi tidak aneh lagi ketika itu terjadi di panggung politik negeri ini. Lupanya Nazaruddin pun membuat kita penasaran dan bertanya-tanya Apakah Nazaruddin benar-benar lupa atau sengaja lupa? Atau memang sengaja dibuat lupa? Menurut saya Nazaruddin tidak lupa, ia hanya berstrategi dengan berpura-pura lupa. Dan berpura-pura lupanya Nazaruddin ini pun bisa karena beberapa kemungkinan. Pertama karena strateginya sendiri, kedua karena strategi yang dipaksakan oleh ‘lawan-lawan’nya melalui serangkaian ancaman dan tekanan, walaupun ini masih menjadi bahan perdebatan. Ah...semakin banyak saja tebakan-tebakan di republik tercinta ini. Belum selesai satu tebakan sudah muncul tebakan berikutnya. Mudah-mudahan ini semua semakin mengasah kemampuan berpikir kita bukan semakin membuat kita jadi apatis dan tidak mau tahu lagi terhadap apa yang terjadi pada bangsa ini.
[caption id="attachment_126581" align="alignleft" width="150" caption="Ilustrasi:Google"][/caption] Mari kita melihat lupanya Nazaruddin sebagai sesuatu yang positif. Sebagai suatu ujian dalam rangka penegakkan hukum terhadap seorang koruptor. Menegakkan hukum secara benar untuk kasus besar seperti kasus Nazaruddin memang tidak mudah. Dan pasti ada ujian-ujian yang kadang kala diluar perhitungan kita. Semakin besar ujiannya kemungkinan besar semakin besar pula kasusnya. Persoalannya apakah kita mau terus berjuang atau berhenti sampai disini. Dan bernegative thinking terhadap apa yang terjadi pada nazaruddin sekarang. Untuk membongkar kasus besar perlu pengorbanan besar. Tidak ada kasus besar yang dibongkar dengan pengorbanan kecil. Menurut saya kasus Nazaruddin ini cukup besar dan melibatkan banyak orang, sehingga tidak gampang untuk membongkarnya. Proses pembongkarannya pasti berjalan tidak mulus diperlukan konsistensi yang tinggi dan kesediaan berkorban untuk banyak hal.
So kalau begitu apapun yang terjadi pada Nazaruddin, KPK dan pejabat-pejabat terkait lainnya marilah kita terus berharap agar republik ini bisa menyelesaikan segala persoalannya. Jangan tambah pemikiran-pemikiran negatif yang sudah banyak berseliweran dimana-mana. Apa yang kita khwatirkan itu semuanya belum pasti...dan apa-apa yang sudah terjadi tidak bisa diputar kembali.
Kalau bukan kita yang optimis kepada bangsa sendiri siapa lagi...??
Terima kasih
Salam mantap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H