[caption id="attachment_123581" align="aligncenter" width="452" caption="Ilustrasi:Google.co.id"][/caption]
Tanpa mengecilkan dua tim lainnya yang berada satu Grup dengan Indonesia pada putaran ketiga Pra Piala Dunia Zona Asia saya melihat Iran sebagai kekuatan terkuat di grup ini secara data dan kalkulasi rasional. Walaupun data dan kalkulasi rasional tidak selamanya benar, minimal ini menjadi patokan buat kita dalam rangka mempersiapkan diri. Jika melihat sejarah keikutsertaan tim-tim yang tergabung dalam grup E ini di piala dunia maka Iranlah yang paling mumpuni dan merekalah satu-satunya yang pernah mengikuti piala dunia, walaupun hanya sampai putaran pertama. Tiga kali mereka pernah mencicipi main di ajang sepakbola paling bergengsi antar negara tersebut. Tahun 1978, 1998 dan 2006.
Meskipun sekarang mereka tidak sehebat dulu tapi mereka masih tergolong salah satu macan Asia yang masih layak ditakuti. Di ajang piala dunia 1978 mereka sempat membuat kejutan dengan menahan Skotlandia dengan skor 1-1, tapi mereka tersisih karena mengalami dua kekalahan. Masing-masing dari Belanda dan Peru. Iran mencatat kemenangan pertamanya di piala dunia dengan mengalahkan Amerika Serikat pada piala dunia 1998. Di piala dunia 2006 Iran kembali menuai hasil dua kali kalah masing-masing dari Mexico dan Portugal dan satu kali seri melawan Angola. Nama-nama seperti Ali Daei, Mehdi Mahdavikia, Karim Bagheri, Khodadad Azizi mungkin masih akrab ditelinga anda pecinta sepakbola. Pemain-pemain ini serta beberapa pemain lainnya pernah mengecap pengalaman bermain di Bundesliga Jerman.
Di piala Asia Iran pernah menjuarai ajang sepakbola terbesar Asia ini sebanyak tiga kali masing-masing tahun 1968, 1972, dan 1976. Serta lima kali tampil di semi final piala tersebut. Rekor pertemuan antara timnas kita sendiri dengan Iran tidak begitu baik dimana kita mengalami dua kali kekalahan dan satu kali seri. Terakhir kita bertemu dengan Iran di Jakarta 1984 pada kualifikasi piala Asia dimana kita kalah 0-1. Iran yang kini dilatih oleh mantan asistennya Sir Alex Fergusen, Carlos Queiroz sebelum melangkah ke putaran ketiga terlebih dahulu mengandaskan harapan Maladewa dengan agregat gol 5-0. Secara peringkat FIFA Iran kini menempati urutan ke 54, nomer empat di Asia.
Melihat itu semua saya rasa adalah hal yang wajar jika kita menaruh perhatian lebih kepada tim Iran. Bermain imbang
[caption id="attachment_123582" align="alignright" width="150" caption="Ilustrasi:Google"][/caption] saja pada laga pertama di Teheran nanti sudah merupakan prestasi yang luar biasa buat tim kita. Apalagi kalau bisa mendulang kemenangan. Dalam sepakbola masih berlaku bahwa bola itu bundar, tidak ada yang bisa memprediksi secara pasti hasil akhir dari suatu pertandingan, kompetisi ataupun kejuaraan. Yunani tidak pernah di prediksi orang bakal menjadi juara Eropa pada tahun 2004. Semoga data dan kalkulasi rasional tidak berlaku dalam partai Iran vs Indonesia 2 September nanti.
Bravo Sepakbola...Bravo Indonesia !!
Dari berbagai sumber
Terima kasih
Salam Mantap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H