Terima kasih untuk Kompasiana yang sudah memberikan kesempatan buat artikel ini. Dan terima kasih juga buat para kompasianer yang sudah melirik dan melihat artikel ini minimal melirik judulnya. Sukses untuk anda semua!!
[caption id="attachment_121130" align="alignleft" width="300" caption="Gbr: duniamatahari.wordpress.com"][/caption]
Ada yang bilang negeri ini carut marut, sarang koruptor, dagelan, bobrok dan berbagai sebutan negatif lainnya. Tak sedikit orang yang pesimis melihat perkembangan negeri ini. Di kompasiana sendiri dari apa yang saya lihat lebih banyak yang pesimis ketimbang yang optimis [mungkin saya salah melihat ya..hehehe]. Tapi apa pun yang terjadi dengan Indonesia suka atau tidak suka ia tetap negara kita. Negara tempat dimana kita dibesarkan, negara tempat kita tumbuh, negara tempat dimana kita hidup dan beranak pinak. Negara tempat dimana kita mencari nafkah [bagi yang tinggal di Indonesia].
Indonesia tanah air beta...pusaka abadi nan jaya...indonesia sejak dulu kala... tetap
Di puja-puja bangsa.......Disana tempat lahir beta...dibuai dibesarkan bunda...tempat berlindung dihari tua...sampai akhir menutup mata...
Pepatah Cina mengatakan dari pada mengutuk kegelapan lebih baik menyalakan lilin, daripada mencaci maki dan mengutuk negara ini lebih baik berbuat sesuatu yang berguna buat bangsa ini. Atau meminjam apa yang pernah dikatakan Gede Prama [seorang penutur kejernihan] kalau belum bisa berbuat baik minimal tidak menyakiti, kalau belum bisa berbuat sesuatu yang berguna buat bangsa minimal tidak mencaci-maki, tidak bernegatif thinking. Jika setiap orang yang mencaci dan bernegatif thinking tersebut berbuat sesuatu yang bermanfaat buat negeri ini atau minimal berpikir positif tentng maka Indonesia akan bertambah maju minimal satu strip atau setengah strip. Memang mungkin belum berarti apa-apa karena semuanya butuh proses kita harus bersabar. Tidak ada yang sekali jadi. Keberadaan manusia dimuka bumi ini juga melalui proses dan apa-apa yang terjadi pada manusia sejatinya juga melalui proses. Jangan terlalu bermain dengan kalkulasi rasional, jangan mentang-mentang kita pikir apa yang kita lakukan menurut pikiran dan kalkulasi rasional tidak terlalu berarti buat bangsa ini kita jadi tidak melakukannya. Tidak ada sesuatu yang sia-sia, bahkan selembar daun kering yang jatuh pun membawa makna dan pembelajaran yang berguna bagi umat manusia.
Marilah kita lihat carut marut dan porak porandanya negeri ini [menurut sebagian orang] sebagai suatu tanda awal kebangkitan dan kejayaan bangsa ini dikemudian hari. Tentunya sebagian dari anda bertanya, carut marut, porak poranda dan kacau balau koq bisa jaya? Terima kasih untuk pertanyaan luar biasa ini. Percayakah anda bahwa tidak ada yang tidak mungkin didunia yang selalu menghadirkan dualitas ini. Jika kita terus berusaha dan berbaik sangka saya pikir semuanya serba mungkin. Dan semuanya ada putaran waktunya, matahari jika sudah waktunya terbit tak seorang pun bisa mencegahnya. Begitu pula dengan apa yang dialami bangsa ini jika sudah waktunya kita bangkit tidak ada yang bisa menghalangi. Cepat lambatnya kebangkitan itu tergantung dari upaya kita semua anak-anak bangsa ini. God is not change the condition of the people until they change what is in them selves.
Toh negeri ini juga pernah jaya dimasa kerajaan Majapahit dahulu. Jepang dan Jerman yang kini menjadi salah satu pemimpin dunia dulunya juga pernah dibuat porak poranda oleh perang yang menyedihkan.
Siapa saja yang bisa melihat bimbingan baik dalam kesenangan dan kedamaian maupun dalam masalah dan bencana akan mengerti maksud lirik lagu : ‘mawar melati semuanya indah.’ [Gede Prama]
Terima kasih
____VM____
Salam mantap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H