Mohon tunggu...
venansius puri
venansius puri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - -

Kiper cc 2025

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Muda Suka Berubah

8 November 2024   22:22 Diperbarui: 12 November 2024   10:02 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Serang mungkin kita kenal sebagai kota di salah satu daerah di Tangerang. Namun bagi beberapa Kanisisan Serang adalah daerah tenpat dimana mereka mendapatkan pelajaran seputar agama muslim dan budaya budaya Arab.  Datang aku tak mau, namun pulang membawa rindu. Nur el Falah adalah suatu pesantren yang kudatang. 

Di pesantren ini, sambutan yang diberi sangat hangat oleh para santri dan para pengajar. Hari-harinya diisi dengan kegiatan yang memperkenalkan kebudayaan Muslim tradisional, dari cara berpakaian, menjalankan tata krama sehari-hari, hingga menunaikan ibadah dengan khusyuk. 

Di sini selalu diajarkan bahwa dalam Islam, ada nilai-nilai universal yang sesuai dengan semangat kebangsaan, seperti menghormati sesama, mengutamakan keadilan, dan mengamalkan rasa gotong royong. 

Di sela-sela kegiatan keagamaan, para santri juga memperkenalkan berbagai seni dan tradisi Islam Nusantara yang kental dengan kebudayaan lokal, seperti musik marawis, kaligrafi, serta tradisi ziarah dan silaturahmi yang sarat dengan nilai kebersamaan. 

Hari itu juga Pondok pesantren Nur El Falah menyadari bahwa warisan budaya ini tak hanya memperkaya nilai Islam, tetapi juga memperkokoh identitas nasional yang tak mudah goyah oleh pengaruh asing.Ustad yangmempimpin pesantren tersebut juga sangat ramah. Ternyata bahasa Arab merupakan bahasa internatioal yang hars dipelajari.

Keberagaman terhimpun dalam perjumpaan. Keberagaman yang akan mempersatukan bumi Indonesia yang memang tegak berdiri karena beragamnya suku, agama, budaya, dan wilayah ribuan pulau. 

Persatuan dan kesatuan nyata sebagai jati diri bangsa yang harus ditegakkan sebagai Nusantara. Tanpa perjumpaan, harmonisasi yang kita dendangkan tak akan pernah terwujud nyata Mimpi tentang persatuan, kedaulatan mungkin saja musnah tanpa perjumpaan dan pertemuan anak-anak muda.

Di akhir ekskursi,kesadaran bahwa belajar di pesantren tak sekadar mendalami agama, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta pada budaya dan tanah air. Ia kembali dengan semangat baru, siap menjadi bagian dari generasi yang merawat harmoni antara nilai-nilai keislaman dan Pancasila, menjaga persatuan dalam perbedaan, dan membawa keberagaman ini sebagai kekuatan bangsa. 

Pengalaman ini menyadarkannya bahwa Islam dan Pancasila bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dua fondasi yang saling melengkapi, memandu generasi muda untuk membangun Indonesia yang lebih kuat dan harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun