Kehadiran unicorn di era industri 4.0 menghadirkan banyak kemudahan. Berbagai kemudahan itu bisa dirasakan konsumen dimanapun berada. Tidak hanya menghadirkan kemudahan di sektor non rill, melainkan sudah mulai mewabah ke dalam sektor rill. Pola teratur yang perlahan menghapus kebiasaan konvensional membuat perusahaan berbasis start-up melejit secara signifikan.
Tidak diragukan beberapa perusahaan start-up berbasis aplikasi online dengan cepat memiliki valuasi miliaran dolar US, seperti Gojek, Grab, Ovo, Tokopedia dan lainnya. Gojek bahkan sekarang sudah merajai aplikasi berbasis transportasi online yang memiliki valuasi dengan nilai sekitar Rp.142 triliun.
Sehingga menobatkan Gojek dengan status satu tingkat di atas unicorn, yaitu decacorn. Kehadiran asset tangible tidak lagi menjadi penentu valuasi sebuah perusahaan, fenomena industri 4.0 memang terasa sangat besar, bahkan valuasi Gojek 14 kali lipat dari pada kapitalisasi maskapai penerbangan, Garuda Indonesia.
Lalu apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, bahkan ketika perusahaan start-up berlomba memberikan kemudahan dengan memberikan diskon yang drastis, voucher belanja, dan tawaran menarik lainnya?
Network effect atau efek jaringan yang di miliki Tokopedia, Bukalapak dkk lebih besar dari aset di miliki oleh perusahaan konvensional lainnya. Mereka menyatukan vendor yang ada diseluruh wilayah dengan mudah, menawarkan diri hingga menjadi mitra pembayaran yang terkesan cepat dan tidak terhalang oleh apapun.
Bukan tidak mungkin jika perusahaan-perusahaan konvensional tidak melakukan perubahan dengan cepat menyesuaikan diri dengan hadirnya digitalisasi akan terjadi kemuduran yang berkepanjangan hal ini bisa menimbulkan efek domino bagi perusahaan-perusahaan konvensional lainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI