Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berziarah ke Diri Sendiri

17 November 2020   19:41 Diperbarui: 29 Maret 2021   20:05 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tuhan memberikan kita kemampuan istimewa ini untuk membedakan 'mana yang baik' dan 'mana yang buruk'.  Rasionalitas menyadarkan manusia bahwa tidak semua yang bisa dilakukan, boleh dilakukan.

Aktivitas merenung dengan demikian adalah usaha melihat diri secara jujur. Kita perlu mengenal dan menerima diri apa adanya. Apapaun keadaannya, kita harus mencintai diri kita. Atau dengan kata lain, merenung adalah saat kita realistis dengan diri sendiri. 

Saat itu, kita perlu menyadari setiap kesalahan yang pernah kita lakukan di masa lalu dan berusaha memperbaiki diri di hari-hari selanjutnya. 

Aktivitas merenung sering kali menyadarkan kita bahwa tidak semua hal yang kita harapkan, pasti terjadi dalam hidup kita. Setelah kita benar-benar realistis dengan diri sendiri, saya yakin, kita tidak akan pernah berharap tentang sesuatu yang memang mustahil terjadi dalam hidup kita.

Kalau kita belum benar-benar mengenal diri, kita sulit menjadi pribadi yang realistis. Kita kemudian mudah patah semangat ketika apa yang kita lakukan tidak diapresiasi. 

Filsafat China mengajarkan bahwa penderitaan itu muncul saat kita menginginkan sesuatu yang mustahil kita miliki. Tidak jujur dengan diri sendiri membuat kita berharap yang terlalu muluk-muluk. 

Banyak orang yang punya ekspektasi tinggi tanpa diimbangi dengan potensi yang mereka miliki. Bagi saya, berjuang pun harus rasional. Ketika kita berjuang tentang hal-hal yang memang mustahil dicapai, saya kira itu tidak rasional lagi. Sebenarnya, kalau kita benar-benar merenung, kita akan sampai pada kesadaran diri yang benar-benar jujur.

Realistis dengan kelebihan serta kelemahan diri sebenarnya menjadi fondasi dalam berjuang. Jangan sampai, kita membuang banyak waktu demi berjuang untuk sesuatu yang ujung-ujungnya gagal. Sekali lagi, saya tidak menganjurkan untuk tidak berjuang. Saya selalu terinspirasi oleh setiap orang yang berulang kali gagal dan kemudian berhasil. Mereka berjuang. 

Tetapi, saya melihat bahwa perjuangan mereka selalu dimulai dengan pengenalan diri yang mendalam. Kita boleh saja berjuang, tetapi pertama-tama perlu realistis dengan diri sendiri. Itu pentingnya aktivitas merenung. Selain menjadi pribadi yang reflektif, merenung juga membuat kita lebih realistis dan rasional.

Oleh: Venan Jalang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun