Mohon tunggu...
Lovely Christi Zega
Lovely Christi Zega Mohon Tunggu... Psikolog -

Untuk informasi terkini, terlengkap, dan terpercaya hubungi ketok magic kenalan terbaik anda.... - Pemilik majalah online a-and-o.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Darimana Asalnya Gula di Jerman?

17 November 2014   20:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

„Ada gula, ada semut“ demikian pepatah dalam bahasa Indonesia yang menggunakan kata gula. Kata gula juga digunakan dalam bahasa Jerman ketika orang tetap berjalan tanpa payung meskipun hujan. Istilah yang dikatakan adalah „Wir kommen nicht aus Zucker“ (wir=kami/kita, kommen aus=berasal dari, nicht=tidak, Zucker=gula). Hal ini berarti bahwa manusia tidak akan celaka jika terkena hujan, tidak „secelaka“ sebagaimana gula jika terkena air.


Perbedaan ini juga berlaku pada perbedaan asal bahan baku gula. Di Indonesia, gula berasal dari tebu, sedangkan di Jerman gula berasal dari tanaman bernama bit gula (Zuckerrüben dalam bahasa Jerman, sugar bit dalam bahasa Inggris). Bit gula berbentuk seperti ubi namun dengan ukuran yang agak lebih besar, hampir sebesar singkong. Kandungan bit gula sebesar 75% air dan 25% adalah kandungan lainnya, termasuk gula.



LIMBAH MINIMALIS

Hal yang menarik dari proses pembuatan gula adalah setiap tahapan prosesnya meminimalisir limbah sehingga hampir setiap tahapan dalam proses pembuatan gula akan menghasilkan produk tertentu, sebelum akhirnya menjadi gula. Sebagai contoh, kulit bit gula entah dalam bentuk kasar atau sudah di-press sebagai pelet akan menghasilkan pelet yang digunakan sebagai pangan ternak. Atau, cairan hasil kristalisasi cairan gula dan bukan menghasilkan gula salah satunya menghasilkan produk yang disebut „melasse“ dalam bahasa Jerman atau „molasses“ dalam bahasa Inggris yang digunakan dalam proses pembuatan alkohol, ragi kue atau obat-obatan. Selain itu, produk-produk yang dihasilkan selama proses pembuatan gula adalah gula blok, gula cair, gula kasar, gula bio, pupuk tanaman cair, atau madu buatan. Berbagai hasil produk dalam proses pembuatan gula ini kemudian diserap untuk memenuhi berbagai kebutuhan diantaranya 15,3% untuk memenuhi kebutuhan gula rumah tangga, 18,3% untuk produk-produk manis seperti permen, 17,3% untuk produk minuman, 8% untuk produk roti dan kue, atau 7,4% untuk produk-produk kimia dan farmasi.


„PRODUKSI“ HANYA SETAHUN SEKALI

Karena kendala musim dan menurunnya kualitas tanah, bit gula hanya dipanen sekali dalam setahun, yakni dimulai pada bulan september. Dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi gula adalah sebanyak 100 hari kerja. Rata-rata kapasitas produksi pabrik gula di Jerman adalah sekitar 12 ribu ton bit gula per hari. Sebagai gambaran hasil produksi, salah satu pabrik gula memproduksi 2,8 milyar ton gula yang berasal dari 17,3 milyar ton bit gula.


JUMLAH PEKERJA MINIMALIS

Sebelum perang dunia pertama, jumlah pabrik gula di Jerman berjumlah antara 500 hingga 600 buah. Jumlah ini kemudian menurun drastis seiring dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 2006, jumlah pabrik gula di Jerman menurun menjadi 25 buah. Perkembangan teknologi juga mempengaruhi jumlah pekerja pabrik. Didalam pabrik, hanya terlihat sesekali orang mengontrol mesin-mesin serupa kuali yang amat besar setinggi lebih dari 5 meter. Selain itu, terlihat beberapa orang yang mengontrol mesin dari dalam ruang. Jumlah pekerja dan informasi awal tentang proses produksi gula saya peroleh sewaktu masa praktikum. Saat itu, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mendampingi peserta training ketika mengunjungi pabrik gula.


Meski limbah minimalis, panen hanya dilakukan setahun sekali, ditambah dengan jumlah pekerja minimal, hasil produksi gula dari Jerman diekspor ke negara-negara lain, seperti Swiss, Israel, Uni Emirat Arab, Slowakia, dan Kuwait. Dengan demikian, hasil produksi gula Jerman tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri, namun juga negara lain.


Untuk wilayah Eropa, produksi gula Jerman termasuk nomor dua terbesar setelah Perancis. Sedangkan untuk ukuran dunia, Jerman menempati peringkat kesembilan, setelah Brasil, India, China, Amerika, Thailand, Australia, Meksiko, dan Perancis.


Dalam hal produksi gula, Indonesia sendiri menempati peringkat 15 setelah Pakistan berada dalam peringkat 10 yang kemudian diikuti oleh Kuba, Afrika Selatan, Kolumbia, dan Filipina. Sayangnya, Indonesia menempati peringkat pertama pengimpor gula dunia. Indonesia memiliki banyak hasil perkebunan. Selain itu, Indonesia memiliki kemungkinan untuk meningkatkan produksi gula. Semoga pemerintahan baru semakin memajukan perekonomian Indonesia, termasuk juga perkebunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun