Mohon tunggu...
Vella Ananka Putri
Vella Ananka Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya memiliki mbti ESFJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Nanopartikel untuk Pengobatan Kanker

10 Maret 2023   10:00 Diperbarui: 10 Maret 2023   10:04 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal sel jaringan dalam tubuh dan transformasi menjadi sel kanker [4]. Hal ini terjadi karena gen bermutasi seiring dengan pertumbuhan sel[6]. Sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan menyebabkan kematian. [4]. Berdasarkan data dari GLOBOCAN International Agency for Research on Cancer (IARC),  terdapat 1.067.89 kasus kanker baru  dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia pada tahun 2012 [5]. Prevalensi  kanker di Indonesia juga sangat tinggi,  mencapai 135.000 kasus per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker terbanyak di kawasan ASEAN setelah Vietnam [6].

Saat ini, pengobatan kanker masih berupa kemoterapi jangka panjang dengan bahan kimia. Penggunaan obat ini memiliki efek samping dan  relatif mahal [4]. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, nanomedicine atau terapi nano partikel, telah dikembangkan  yang dapat menargetkan obat ke sel kanker [6]. Nanopartikel adalah partikel dengan ukuran berkisar antara 1-100 nanometer. Penggunaan nanopartikel tersebar luas di bidang biomedis, kesehatan, lingkungan, pertanian dan pangan, tekstil, industri, elektronik, dan energi. Nanopartikel merupakan kajian yang sangat menarik karena bahan berukuran nano biasanya memiliki partikel dengan sifat fisika atau kimia yang lebih baik daripada bahan yang lebih besar [2].

Teknologi nanopartikel telah menjadi tren baru dalam pengembangan sistem penghantaran obat karena menawarkan beberapa keunggulan, seperti dapat ditoleransi dengan baik, dapat diberikan secara parenteral, oral, subkutan, okular, dan rektal, sangat stabil, meningkatkan kemanjuran dan efisiensi obat yang digunakan, dan meningkatkan keamanan dengan mencegah reaksi obat pada tempat yang tidak terduga [5].

Pengobatan kanker dengan nanopartikel menunjukkan aplikasi yang menjanjikan dan prospek pengembangan untuk meningkatkan kemanjuran terapi kanker, terutama dalam diagnosis dan terapi kanker berbasis nanopartikel. Studi khasiat dilakukan dengan membandingkan obat  dengan dan tanpa nanopartikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang diformulasikan dalam nanopartikel tidak memiliki toksisitas sistemik bila diberikan secara kronis, memiliki indeks terapi yang lebih baik, sifat antiproliferatif yang lebih baik, pelepasan obat lebih cepat, efikasi terapi lebih tinggi, dan terbukti memiliki penetrasi yang lebih baik dari [5].

Teknologi penghantaran obat menggunakan nanopartikel telah berhasil digunakan untuk mengobati kanker. Ada beberapa nanopartikel yang dapat digunakan dalam pengobatan kanker, yaitu: PLGA-ORM Nanopartikel, PCL-PLA-TPGS, NP- HDACls, DTX-NPs, Shikonin-Act-SLN, BSA-ANZ, Nab-ABZ, LPI-NPs, CNP, SH-siRNA, dan PLGA-Fenretinide [5].

Nanopartikel memiliki potensi besar untuk pengembangan pengobatan kanker. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki kemungkinan efek samping dan efek toksik dari penggunaan nanopartikel sebagai pembawa terapi kanker. (Vella Ananka Putri/Rekayasa Nanoteknologi).

Daftar Pustaka:

[1]      H. E. Irianto, “Proses Dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan,” Squalen, vol. 6, no. 1, pp. 1–8, 2011.

[2]      J. A. Victoria and I. Sugihartono, “Zinc Oxide (ZnO) Nanopartikel sebagai Pengobatan Kanker,” Pros. Semin. Nas. Fis., vol. X, pp. 43–48, 2022, [Online]. Available: https://doi.org/10.21009/03.SNF2022

[3]      L. Tian et al., “Melanin-like nanoparticles: advances in surface modification and tumour photothermal therapy,” J. Nanobiotechnology, vol. 20, no. 1, pp. 1–29, 2022, doi: 10.1186/s12951-022-01698-x.

[4]      A. Sukohar and R. Arisandi, “Seledri ( Apium graveolens L ) sebagai Agen Kemopreventif bagi Kanker,” Majority, vol. 5, no. 2, pp. 95–100, 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun