Aku pernah berpikir bahwa hidup berjalan lurus, seperti jalan setapak yang rapi. Namun, ternyata hidup lebih seperti labirin---penuh belokan tak terduga, jalan buntu, dan kejutan di setiap sudutnya.
Saat SMP, seorang guru les pernah berkata bahwa kuliah adalah kunci masa depan. Tapi saat itu, kata-katanya hanya sekadar angin lalu. Aku memilih SMA yang paling dekat dengan rumah, tanpa banyak pertimbangan. Ketika kelas 12, keinginan untuk kuliah mulai tumbuh, tapi ada satu hal yang mengganjal---biaya.
Suatu hari, aku mendapat kabar bahwa aku eligible untuk SNBP. Itu adalah kesempatan emas yang tidak ingin kusia-siakan. Aku mendaftar di jurusan impianku: Arsitektur dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Namun, ada satu kendala besar---aku harus membuat portofolio. Hingga H-7 batas waktu, aku masih belum menemukan ide. Aku panik, bingung, dan merasa waktu begitu kejam.
Tiga hari sebelum pendaftaran ditutup, kenyataan lain menghantamku. Aku baru tahu bahwa universitas pilihanku tidak menerima KIP-K. Dengan waktu yang tersisa, aku buru-buru mencari universitas lain, mencoba bertahan dengan persiapan seadanya. Namun, saat pengumuman tiba, aku tidak lolos.
Dadaku terasa sesak. Teman-temanku merayakan kelulusan mereka, sementara aku harus menerima kegagalan. Aku mencoba jalur SNBT, kali ini memilih Pendidikan Matematika dan Ekonomi Islam. Aku berusaha lebih siap dalam waktu sebulan, tetapi hasilnya tetap sama.
Aku merasa semua pintu tertutup.
Akhirnya, aku memutuskan untuk bekerja. Awalnya, aku takut. Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan atau beradaptasi di dunia kerja. Namun, takdir membawaku bertemu orang-orang baik---senior yang membimbingku, rekan kerja yang menyenangkan. Aku belajar banyak hal yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Dan di sanalah aku menyadari bahwa kegagalanku bukan akhir dari segalanya.
Meski sibuk bekerja, keinginan untuk kuliah tidak pernah padam. Aku mulai mencari beasiswa, mengurus berkas di sela-sela pekerjaan. Kali ini, aku lebih siap. Dan akhirnya, doa serta usahaku terjawab. Aku diterima dalam program beasiswa di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), dengan program studi Manajemen.
Saat hari pertama kuliah, aku menoleh ke belakang dan tersenyum. Jalan yang kutempuh memang tidak mudah. Kadang tertunda, kadang berbelok, tapi aku tetap sampai di tujuan.
Namun, aku sadar bahwa kuliah ini bukanlah tujuan akhir. Ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang, sesuatu yang baru yang harus kupelajari. Tapi satu hal yang pasti---aku tidak pernah menyesal pernah gagal saat itu. Aku juga tidak menyesal harus bekerja lebih dulu. Justru, semua itu membawaku ke titik ini---titik di mana aku lebih kuat, lebih dewasa, dan lebih siap menghadapi masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI