Hi fellas, how's life? Setelah artikel sebelumnya membahas mengenai toxic positivity, pada artikel kali ini, penulis akan bahas mengenai mindfulness nih. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa praktik mindfulness merupakan salah satu upaya guna meminimalisasi dan mencegah adanya toxic positivity. Temen-temen pasti udah ngga asing nih sama istilah mindfulness, apalagi Gen-Z sering sekali menggunakan istilah ini. Apasih sebenarnya mindfulness itu? Baca sampai selesai yaa.
Fyi nih, sebelum masuk ke inti, konsep mindfulness ini berakar pada kebudayaan Buddhis tetapi juga mempunyai hubungan dengan filosofi dan tradisi psikologi Yunani Kuno, fenomenologi, eksistensialisme dan naturalisme dalam pemikiran Eropa Barat, yang kemudian berkembang di ranah kedokteran dan humanisme di Amerika. Atas dasar inilah mindfulness menjelaskan bahwa sentralitas pengalaman manusia berasal dari fikiran yang penuh dengan sadar dan berakar pada aktivitas fundamental dari kesadaran yang meliputi perhatian dan kesadaran.
Istilah mindfulness berasal dari Bahasa Pali dari kata "sati" yang berarti "to remember" atau mengingat, namun jika dikaitkan dengan kesadaran, mindfulnes menandakan kehadiran fikiran. Sedangkan bila ditinjau dari pengertian dalam Bahasa Inggris, mindfulness berasal dari kata "mind" yang berarti fikiran, dan "full" yang berarti penuh. Salah satu praktisi mindfulness di Indonesia, yaitu Adjie Santosoputro mengatakan bahwa mindfulness merupakan wujud dari kesadaran pada saat itu.Â
Secara sederhana, mindfulness berarti berlatih untuk menyadarkan penuh dan menghadirkan utuh fikiran. Ketika tubuh di kampus, maka fikiran juga harus di kampus. Bukan tubuh di kampus, tapi fikiran pergi kemana-mana. Nah lebih lanjut mengenai pengertian, Segal, William, dan Teasdale berpendapat bahwa mindfulness itu  melibatkan kemampuan seseorang yang secara sadar sepenuhnya pada pada suatu pengalaman dan sengaja dibawa dengan cara lembut tanpa penghakiman, dan penuh dengan penerimaan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik beberapa kata kunci dari mindfulness yaitu fikiran, kesadaran penuh, dan penerimaan.
Lalu, dalam mindfulness itu ada 5 aspek yang membangun lho, yaitu :
1. Mengamati atau observing, yang membahas mengenai bagaimana individu menyadari atau memperhatikan hal-hal internal maupun eksternal seperti bunyi, bau, pikiran dan emosi yang terjadi pada dirinya.
2. Menjelaskan atau describing, yang menyangkut kemampuan mejelaskan dirinya dengan kata-kata.
3. Bertindak dengan kesadaran atau acting with awareness, yaitu kondisi bagaimana individu sadar ketika melakukan sebuah aktivitas dan tidak melamun.
4. Tidak menghakimi apa yang dirasakan atau nonjudging to inner experience, yaitu dapat merasakan sesuatu tanpa mengevaluasi atau menilai perasaan dan pemikiran serta membiarkan diri untuk mengalaminya.
5. Tidak menanggapi apa yang dirasakan atau nonreacting to inner experience, yaitu mengetahui perasaan dan pemikiran tanpa mengikuti atau meresponnya lebih jauh.
Nah, setelah itu, gimana sih contoh dari penerapan mindfulnes ini? Kita mulai dengan yang sederhana ya, penerapannya bisa dengan kita memfokuskan diri, mengamati, dan merasakan pada keadaan yang sedang terjadi di sekitar dengan panca indera kita. Saat kita merasa ingin lebih dekat dengan diri, sedang di situasi banyak fikiran, atau bahkan panic attack, kita bisa menepatkan tubuh di tempat ternyaman, seperti mengatur duduk yang nyaman.Â
Lalu mengatur nafas, lalu fokus ke detak jantung dan merasakan sensasi dari udara yang mengalir saar menarik dan menghembuskan nafas. Nah, untuk aplikasi yang sedikit berat, ada juga mengenai pemfokusan emosi yang sedang di rasakan atau terima. Lalu mengenali emosi yang ada dan terima apapun yang menyebabkan emosi itu ada. Tetapi perlu diingat, tanpa adanya penghakiman ya. Maksudnya apasih? Ketika kita mau nangis, ya nangis aja, terima aja. Ketik a mau tertawa, tertawa aja, bebaskan diri mu dan segala emosi mu segali ngga destruktif dan merugikan orang lain.
Sampai sini, penulis mau tanya, apakah salah satu diantara pembaca udah pernah praktik mindfulness? Banyak lho manfaat dari mindfulness. Diantaranya adalah memiliki perhatian dan kesadaran yang baik, dapat menerima dirinya sendiri saat ini secara apa adanya, walaupun ada gejala-gejala seperti sakit atau tidak menyakitkan, takut atau tudak takut, meningkatkan hal-hal positif di dalam hidup, mencegah dan meringankan gejala gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas.
Fyi, akhir-akhir ini semenjak pandemi itu, banyak banget lho konten youtube yang mengajarkan tentang mindfulness dan menyediakan audio untuk melakukan praktik mindfulnes. Penulis ada beberapa refensi nih akun youtube yang membahas kesehatan mental dan juga mindfulness, ada Adjie Santosoputro TV, Jiemi Ardian , satu persen, greatmind, the mindful movement, dan great meditation.
Referensi :
1. Brown, Kirk Warren, dkk. 2017. Mindfullness: Theoretical Foundations and Evidence for its Salutary Effects. Psychological Inquiry. Volume 18 (Nomor 4).
2. Rahmasari, Diana. 2020. Self Healing Is Knowing Your Own Self. Surabaya: Unesa University Press.
3. Sari, Rini Astika dan Aima Yulianti. 2017. Mindfullness Dengan Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia. Jurnal Psikologi. Volume 13 (Nomor 1).
4. Yusaini, Cleoputri dkk. 2018. Mindfullness Sebagai Strategi Regulasi Emosi. Jurnal Psikologi. Volume 17 (Nomor 2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H