Mohon tunggu...
Vela Amelia Okviana
Vela Amelia Okviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB

Selalu berkembang dan berinovasi

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Hidroponik, Apakah Menjanjikan?

15 Maret 2022   14:30 Diperbarui: 15 Maret 2022   14:31 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: instagram @bsifarm

Vela Amelia Okviana, Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB.

Senin, 14 Maret 2022 -- 14.17 WIB.

BOGOR - Pertanian adalah suatu sektor andalan sebagai peningkat kesejahteraan penduduk Indonesia, hampir 50-70% penduduk Indonesia tentunya bekerja di sektor pertanian. Namun saat ini, seiring dengan bertambahnya penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan akan tempat tinggal yang menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Apalagi kota-kota besar yang penuh dengan bangunan, bisnis properti ini akan senantiasa memakan lahan pertanian dan semakin menjamur.

Sempitnya lahan pertanian tentu bukan menjadi masalah jika kita selalu berusaha melakukan inovasi dan pembaharuan. Salah satunya, inovasi hidroponik yang dilakukan petani milenial di tengah Kota Bogor. Menurut Habib Fadhlurrohman, CEO dari BSI Farm mengatakan bahwa "manusia itu membutuhkan sayuran, tetapi dimasa depan kesediaan lahan belum tentu ada. Rektor IPB juga menyatakan bahwa tahun 2065 petani akan punah. Jadi, bagaimana caranya mencegah terjadinya kasus petani, kita harus menyelenggarakan petani milenial yang menghasilkan panen yang menarik, salah satunya melakukan pertanian hidroponik".

Sistem hidroponik selain mudah dilakukan juga memiliki sejuta manfaat seperti meminimalisir biaya pembelian bahan pangan, waktu pertumbuhan tanaman lebih cepat (30-40 hari), lahan yang diperlukan tidak terlalu luas, bebas residu pestisida, dan sehat di konsumsi. Perkotaan tentunya memiliki lahan yang dapat dibilang sempit, tanah yang sebagian besar tertutup paving sehingga jarang di jumpai pesawahan namun tak perlu berduka karena dapat diatasi dengan pertanian hidroponik. Pasalnya, lahan yang sempit tersebut dapat disulap menjadi areal hidroponik yang indah. Tidak disangka, kota adalah lahan yang cocok untuk menggiat sistem hidroponik tersebut. Sistem hidropoik ini hanya membutuhkan air saja, selain itu tanaman tumbuh lebih cepat dibanding dengan penanaman di media tanah (konvensional). Hal ini juga dipaparkan oleh Habib, CEO BSI Farm "untuk hidroponik tergantung komoditinya, ideal pertumbuhan tanaman biasanya sekitar 30-40 hari. Jika medianya tanah akan lebih lama bisa mencapai 2-3 bulan". Bahkan, hasil dari hidroponik ini berlipat ganda meskipun tempatnya tak sebegitu luas.

Berdasarkan uraian di atas pemanfaatan lahan sempit perkotaan untuk hidroponik sebagai upaya mencapai ketahanan pangan kota sangat potensial. Apalagi di masa pandemi seperti ini, masyarakat menjadi lebih paham akan pentingnya sayuran untuk kesehatan, apalagi sayuran hidroponik yang terkenal memiliki kualitas lebih baik dibanding dengan sayuran biasa (konvensional). Bahkan perusahaan BSI Farm sendiri berpotensi menghasilkan omzet mencapai 40-50 juta rupiah dalam setiap bulan. Hal ini tentu menjadi penghasilan yang sangat besar dan usaha yang menjanjikan.

Pengembangan hidroponik harus terus dilakukan dengan beberapa usaha. Pertama, kesadaran harus ada pada setiap masyarakat kota. Kesadaran mampu membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih baik serta kreatif akan karya sendiri. Kedua, memiliki rasa ingin tahu. Bilamana perasaan rasa ingin tau tidak ada, maka sistem hidroponik tak berarti apa-apa. Ketiga, mencari informasi atau belajar bertani hidroponik dengan harapan akan tercipta keinginan atau hobi tersendiri sebagai penumbuh rasa suka akan tanaman dan bercocok tanam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun