Di era yang sudah modern ini publik semakin dimudahkan dengan adanya teknologi. Segalanya menjadi serba cepat dan mudah. Tak terkecuali dalam dunia bisnis serta kebutuhan konsumen akan belanja online. E-Commerce saat ini menjadi favorit masyarakat saat ini. Tak hanya generasi millenial, bahkan generasi lama pun kini sudah dapat menikmati sistem belanja online ini.
Seperti yang diketahui, E-Commerce merupakan gabungan daripada teknologi, aplikasi dan bisnis dimana dapat memudahkan konsumen untuk berbelanja dan melakukan transaksi secara online. Sebuah hal yang tentu memudahkan masyarakat untuk tetap dapat memenuhi kebutuhannya ditengah-tengah kesibukan mereka mengerjakan kegiatan lainnya. Namun adapula dampak negatif dari transaksi E-Commerce ini yang tak lain adalah mematikan toko-toko retail yang telah ada.Â
Di Indonesia sendiri sudah tampak jelas. Satu per satu berguguran akibat pelemahan daya beli masyarakat hingga tertindas persaingan bisnis online E-commerce yang kian masif. Tak hanya di Indonesia, bisnis e-commerce juga, mematikan usaha, retail di negara-negara lain. Sebut saja di negara-negara besar seperti AS yang harus menutup retail mereka seperti Radio Shack di AS yang harus menutup 1.643 toko, Gymboree tutup 150 toko, Walmart dan Meses pun senasib menutup cukup banyak toko. Di Hong Kong mulai diperkecil toko-tokonya, dan di Singapura juga demikian.
Ditengah-tengah masifnya transaksi e-commerce, pengusaha asal Indonesia yang kerap dijuluki Si Anak Singkong, Chairul Tanjung berinovasi dengan mengembangkan usaha retailnya yaitu Transmart. Ia bahkan mengaku tak takut dengan semakin menjamurnya e-commerce saat ini. Pihaknya juga berkomitmen akan terus membuka toko di seluruh Indonesia. Menurutnya, dengan bertambahnya toko offline yang dibuka tentu akan memberikan kesempatan pekerjaan bagi masyarakat.Â
Hal ini dibuktikannya dengan dibukanya beberapa cabang ke-16 di Solo. Ia menuturkan masih ada enam gerai lagi yang akan diluncurkan hingga akhir 2017. Seperti yang diketahui, Transmart kini telah menjamur diberbagai kota di Indonesia seperti di Yogyakarta, Tegal, Cempaka Putih, Pekanbaru, Soetta, Mataram, Graha Bintaro, Cilegon, Cirebon, Semarang dan beberapa kota lainnya.
Ada inovasi yang membuat retail ini masih diminati masyarakat, yaitu Transmart yang mengusung konsep four in one, artinya pengunjung dapat berbelanja, berwisata, bermain, dan menonton dalam satu tempat. Sebuah inovasi yang menarik mengingat keempatnya merupakan pilihan publik di era modern ini. Bahkan angka dari investasi usaha retail ini ditaksir mencapai Rp 150 Miliar. Bahkan, rencananya dalam kurun waktu 3 tahun kedepan akan membuka 100 gerai lagi. Dapat dibayangkan berapa keuntungan yang didapat.
Di zaman now ini, segalanya memang didukung oleh teknologi yang serba cepat. Akan tetapi sebagai pelaku usaha hendaknya terus melakukan inovasi guna melawan perkembangan arus zaman. Teknologi yang cepat apabila didukung dengan inovasi yang mumpuni tentu akan menghasilkan suatu hal yang besar.Â
Oleh karenanya kita juga tidak bisa menyalahkan peralihan masyarakat terhadap sebuah kebutuhan dari yang awalnya konvensional beralih menjadi transaksi e-commerce. Sebagai pengusaha, kita dapat mengutip dari Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Khasali yaitu untuk berinovasi bukan komplain. Sebab orang komplain dianggap akan tetap tinggal di masa lalu, sehingga pengusaha harus meninggalkan hal tersebut dengan berinovasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H