Mohon tunggu...
Fitriyah Fitriyah
Fitriyah Fitriyah Mohon Tunggu... -

still learning :D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengingatkan Bidadari

12 Juni 2011   16:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nasihatku Wujud Sayangku Padamu

Dari dulu, aku tetap konsisten, bahwa aku benci sama laki-laki brengsek. Tapi, mulai sekarang, aku akan bersikap adil. Aku akan jauh lebih membenci wanita yang brengsek, yang nggak bisa menjaga kehormatan dirinya. Gonta-ganti pacar, sering pacaran sampai pulang pagi. Nginap di rumah pacarnya. Bebas berduaan dengan pacarnya (entah sampai pada tahap seks bebas atau tidak). Aku benci. Apalagi dia yang sudah diingatkan berkali-kali tetapi tetap saja tuli tak mau mendengar. Kubilang, “Besuk kamu nggak boleh pulang pagi lagi. Kamu itu perempuan. Kamu akan terbiasa seperti itu. Padahal kelak kamu menjadi Istri, menjadi Ibu... Jika sekarang kamu seperti ini, mau jadi wanita seperti apa kelak?” Padahal lewat sms aku pernah bilang,”Mulai besok, jam sembilan kamu sudah harus pulang.” Tapi tetap saja kamu berdalih, seolah keberadaanku sebagai temanmu, oh tidak, mungkin hanya sebagai tetanggamu, tidak pernah kamu anggap.

Kemarin, seorang teman memberikan pembelaan terhadapmu, katanya kamu mempunyai latar belakang yang suram. Pernah melakukannya bukan atas niatmu. Katanya, kamu trauma. Kalau aku jadi kamu, aku akan membenci semua laki-laki. Tapi, kenapa sekarang kamu malah semakin enjoy bergaul bebas dengan mereka? Aneh. Trauma yang membuatmu kecanduan sehingga ingin melakukannya lagi? Lagi, lagi, dan dengan siapa pun? Aku benci kamu saat ini. Kecuali kamu sedikit mendengarkan nasihatku lalu berubah dan nggak pergi malam pulang pagi lagi dan tidak lagi menginap di rumah teman cowokmu. Berduaan di bilik warnet berdua sampai pagi. Jijik.

Apa motivasimu sebenarnya? Karena, jika melakukannya hanya dengan tujuan agar kebutuhanmu terpenuhi, maka kamu tidak akan jauh berbeda dengan para pelacur. Kamu mau menjadi seperti mereka?

Bagaimana kabar kehormatanmu sebagai wanita hari ini? Sudah hilangkah dia? Sampai-sampai kamu merasa baik-baik saja ketika hampir setiap hari kamu menghinakan diri di hadapan laki-laki. Padahal, setiap lelaki (sebrengsek apapun dia) dalam hati kecilnya selalu mendambakan wanita yang baik guna menjadi pendamping hidupnya, menjadi ibu dari anak-anaknya.

Kalau aku menjadi orang tuamu, aku pasti akan jauh lebih keras dari sekarang. Sayang, aku hanya orang lain bagimu..

Bidadari, Sejak kapan kamu jadi suka pulang pagi? Kau biarkan selendang kesucianmu dicuri laki-laki Lantas kau tak bisa terbang ke langit...

Cepatlah, tak usah menunggu hari. Temukan selendangmu dan kenakan lagi, Lantas menjelma kembali menjadi bidadari... Jangan sampai traumamu menghapus nurani...

Buat para laki-laki, Kumohon, hargailah kami... Jagalah kami, Bantulah kami, Nasihati kami, Agar kami tetap menjadi bidadari Yang akan menjadi Ibu dari anak-anakmu nanti...

Buat bidadari yang ada dalam tulisan ini, Kumohon jangan marah... Aku menulis ini karena aku peduli...

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun