Mohon tunggu...
Lulu Vebriany Akbar
Lulu Vebriany Akbar Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Aku adalah embun yang mencintai mentari, ceria berkawan dengan hari..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku dan Bundaku

20 Mei 2013   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

( Puisi dibaca, tanpa intonasi tinggi..tapi lebih datar, monolog dan jelas dengan tekanan-tekanan kata maupun kalimat serta diiringi back song ) Bunda... Ijinkan aku berdiri disini senejak saja. Bukan untuk menuhankanmu Bunda, aku hanya ingin sedikit mengenang kembali, mengingat kembali kenangan-kenangan indah dari masa yang bernama 'kemarin'. Bunda... Masih bisakah kau merasakan Bagaimana letih dan lelahnya selama mengandungkan aku Desah nafasmu beraaatt... selama 9 bulan 10 hari kau bawa aku kemanapun kau pergi Gontai langkahmu, tak kau hiraukan demi mengandungkan aku ... Bunda nyawamu adalah taruhannya Saat melahirkan aku, Pasrah... berserah... siap dengan kematian demi aku. Tangisan kencangku ketika itu.. Melupakan rasa sakitmu,,, merekahkan senyum dibibirmu.. Membangkitkan kembali semangat hidupmu... Semua peluhmu Bunda,, bak permata yang turut hadir menyambut kelahiranku... Dan,. Sejak itu Bunda ... Hari-harimu disibukkan dengan membesarkan aku Tidur malammu sangat sering aku ganggu.. Tangisan malamku memaksamu bangkit dari pejamam matamu .. Tak jarang pula, kau tertidur ..... terduduk .... Dan aku ada dalam pangkuanmu Makanan yang di mulut sanggup kau keluarkan untuk diberikan kepadaku.. Tak ingin sedetikpun kau luput dari semua perkembanganku... Tapi Bunda, Maafkan aku ... Tak pandai aku mensyukuri semua yang kau berikan Sejak kau melahirkan aku dengan susah payah.. Menyusuiku, mengasuh... Mendidikku, membesarkanku dengan berjuta kepayahanmu.. Dengan ribuan rasa perihmu.... Dengan milyaran rasa sakit hatimu karena perbuatanku.. Ampuni aku Bunda... Ampuni aku ya Allah ... Aku banyak membuatmu malu.. Aku banyak membuatmu menangis .. Aku banyak melakukan hal-hal yang memalukanmu .. Aku pernah mengambil uang simpananmu untuk kesenanganku .. Aku membohongimu dengan biaya-biaya disekolahku .. Nilaiku baik, tapi semua itu terselingi dengan kecuranganku .. Aku banyak menghabiskan waktu dengan teman-temanku Kemudian melupakan kepayahanmu dengan pekerjaanmu dirumah .. Dan, ketika aku jatuh cinta ....ada sebuah nama di hatiku.. Hatiku berbinar ceria, ragaku melayang ke puncak nirwana ... Semakin tak ada waktuku untuk bersamamu .. Padahal aku tahu, kau sangat ingin bercengkrama denganku .. Meskipun sekedar bertanya : "Bagaimana sekolahmu hari ini, nak ?" Parahnya lagi ... Tak jarang aku dan teman-teman menggunjingkan keburukan guru-guruku.. Aku juga bermusuhan dan berkelahi dengan teman di sekolah .. Kau membanggakanku Bunda ..tapi, Pantaskah aku kau banggakan ???? Mafkan aku Bunda, Ampuni aku ya Allah ... Hingga kini aku berdiri disini .. Semua karenamu Bunda.. Semua karena pengorbananmu.. Semua karena perjuanganmu .. Betapa sombong dan congkaknya aku, jika aku melupakanmu.. Jika aku tak mencium tanganmu yang keras karena bekerja .. Jika aku tak membelai wajahmu yang mulai tua dan keriput .. Jika aku tak menghapus airmatamu yang banyak menangis karena perbuatanku .. Jika aku tak memeluk tubuhmu yang ringkih termakan usia... Jika aku tak bersujud di kakimu yang kaku dan lusuh ... Jika aku tak sanggup bilang,, bahwa AKU MENYAYANGIMU BUNDA ... Aku ingin lebiiih lama lagi bisa mendampingimu Bunda Aku ingin lebiiih banyak lagi bisa membahagiakanmu Bunda Aku ingin menggantikan rasa perihmu selama ini Aku ingin membuatmu bangga... Aku ingin kau bahagia.. Aku ingin kau merasa beruntung Mempunyai anak seperti aku.. Ajari aku tentang cinta yang tulus .. Ajari aku tentang kasih sayaang yang murni.. Terima Kasih Bunda. # Penutupan : Mari teman-teman kita pandang wajah Ibu kita, 10 detik saja ... Berikan senyum terindah untuk ibu kita Cium tangan mereka ... Basuh air mata yang meleleh di pipi ibu kita .. Peluk dengan segenap rasa, tubuh ibu kita... Cium kaki ibu kita.... Cium kaki Ibu kita .. Luapkan rasa terimakasih kita... Mohon ampun untuk semua kesombongan kita.. Kita tidak tahu seperti apa rasanya, jika mungkin diantara kita ada yang ibunya sudah tiada Kita juga tidak tahu apakah setelah ini, Allah masih memberikan usia panjang kepada ibu dan juga kita. Maka jangan abaikan saat ini... Semoga hari ini, ribuan kesalahan kita di maafkan oleh Ibu kita. Diampuni oleh Allah ... Ridhonya orang tua adalah ridhonya Allah .. Hari ini ... Kita memulai babak baru, langkah baru menuju hari kedepan yang lebih baik. Menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Mudah-mudahan pengumuman esok, kita semua lulus 100%. Amiiin ya Robbal 'alamin.Luluk Vebriany Akbar ( Embun Mencintai Mentari ) Puisi ini aku buat atas permintaan Pembina Osis Bpk. Abdul Sapari, MM. yang nantinya akan dibacakan oleh salah satu dari siswi kami di SMK YPI Seputih Mataram pada saat acara Perpisahan di sekolah, esok hari Kamis 23 Mei 2013. Besok kita ketemu, dan uji coba baca lagi di depanku ya... setidaknya supaya aku tau, dan aku pengen ada bagian-bagian yang dibacakan dengan gaya, mimik, ekspresi seperti yang aku mau. Terimakasih..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun