Mohon tunggu...
Vebriyani Ratnawati
Vebriyani Ratnawati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa fakultas sastra yang hobi menulis dan membaca berbagai versi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingkatkan Literasi untuk Kesejahteraan Kreativitas

2 Juli 2024   12:12 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel/sumber: pixabay.com

Dalam deklarasi UNESCO Tahun 2003 (Wiedarti, dkk.,2016 hlm.7) disebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi dan menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan.

Kemampuan literasi adalah kemampuan yang dapat membuka peluang besar bagi kita untuk dapat melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas. Membaca dan menulis menjadi dua hal yang berkontribusi besar bagi kita menemukan wawasan dan ide-ide baru yang akan mendorong kita menentukan dan mengidentifikasi ide-ide tersebut serta menjadikannya sebagai wujud kreatifitas kita.

Membaca adalah acuan utama untuk melahirkan wawasan yang meluas dan mendukung pertajaman keabsahan literasi kita. Fakta bahwa membaca mampu membawa kita kepada ruang yang lebih luas dalam memahami segala sesuatu menjadi faktor pendukung kecerdasan kemampuan berpikir kita. Membaca akan menjadi bengkel literasi bagi kita yang kurang kritis dalam berpikir maupun bertutur sehingga dengan mudahnya kita dapat menciptakan fondasi dalam diri kita. Menambah kecintaan kita terhadap kemampuan berliterasi (membaca) akan menjadi proses belajar yang dapat mengatasi kemiskinan kosakata. 

Dalam kesempatan melahirkan suatu karya sastra, kita akan dihadapkan dengan tantangan perbendaharaan kata yang memadai untuk membentuk sebuah karya fiksi yang berkualitas. Pembaca tentunya menginginkan karya yang menarik dibaca, agar mudah mendapatkan gambaran tentang isi tulisan tersebut. Misalnya dalam menyusun sebuah karya novel, secara tidak langsung kita dituntut untuk mampu menggambarkan segala sesuatu dengan jelas dan menarik hingga mudah bagi kita menggaet banyak pembaca. 

Dalam suatu seminar nasional, seorang mahasiswa bertanya kepada tutornya. Mahasiswa itu adalah seorang mahasiswa fakultas sastra "Pak, saya sekarang sedang mencoba menulis sebuah novel. Akan tetapi saya sering dihadapkan aspek sulit menentukan alur dan sulit menggambarkan imajinasi saya ini ke dalam novel saya?" tanyanya. Pada dasarnya membaca dan menulis adalah dua peta literasi yang tak dapat dipisahkan. Lalu dibantu jawab oleh tutor seminarnya selaku dosen sekaligus sebagai seorang penulis novel yang mengatakan bahwa membaca dan menulis adalah sepasang kekasih yang tak dapat dipisahkan. Tanpa membaca seseorang tak akan bisa menulis dan untuk bisa menulis seseorang harus bisa membaca agar bisa memperoleh gambaran," ujarnya. 

Bagi saya, pengetahuan yang kita dapatkan dari membaca ialah membantu kita memahami informasi terkini , memperluas wawasan kita tentang dunia dan membantu kita menggali ide-ide baru. Dalam dunia sastra novel untuk menulis kita membutuhkan kekayaan kosa kata agar kualitas karya yang dibuat sukses membuat pembaca terpikat. Dengan banyaknya perbendaharaan kata maka kita dapat berromantisasi dengan karya kita. Membaca tak hanya meningkatkan kecerdasan berpikir, tetapi juga meningkatkan kosa kata kita. Karena semakin banyak kata yang kita kuasai, maka tulisan yang akan kita hasilkan semakin bervariasi dan lebih menarik di mata pembaca. 

Saya juga sering mengevaluasi tulisan sendiri untuk menyesuaikan gaya bahasa dan struktur penulisannya. Kebutuhan ini tak luput dari tujuan saya menciptakan sebuah karya yang menarik. Agar bisa mengevaluasi tulisan itu dengan baik, maka dari itu referensi bacaan dari sumber lain juga menjadi hal yang sangat berguna bagi karya saya. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi saya untuk mengembangkan imajinasi secara kreatif dan inovatif. Sulitnya bagi sang penulis mengembangkan alur ceritanya salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kosa kata yang tidak memadai. Sekalipun imajinasi atau gagasan kita bernilai tinggi, tetapi kapasitas perbendaharaan kata kurang memadai maka kita gagal menyampaikannya kepada pembaca. Apabila kita memaksakan diri, maka hal itu akan berakibat buruk. Tulisan itu akan menjadi ambigu. Pembaca tak akan bisa menafsirkan maksud yang ingin kita sampaikan dalam tulisan tersebut. 

Tidak ada salahnya kita mencari sumber inspirasi dari buku, film yang pernah dibaca atau ditonton agar kita mendapatkan gambaran tentang bagaimana selayaknya kita mulai menyusun karya tulis kita sendiri.   

 

Membaca berbagai buku merupakan suatu beban bagi sebagian orang yang tidak memiliki kebiasaan menjalankan rutinitas positif ini. Membaca bukan hanya sekedar membaca saja. Di dalam kegiatan ini, kita akan meresapi dan merangkum berbagai ide-ide menarik serta wawasan baru, sehingga kegiatan ini tidak dapat dilakukan dalam keadaan terpaksa. Karena hal itu akan kembali pada dampak yang akan kita peroleh. Sebetulnya dalam hakikat menulis sebuah karya fiksi tak ada yang dikatakan salah. Siapapun dapat mengekspresikan dirinya ke dalam bentuk karya sastra agar bisa bersembunyi dari kenyataan di balik karyanya. Imajinasi dan kosakata akan sangat berperan penting dalam upaya mewujudkan sebuah karya fiksi novel, cerpen, puisi dan lain sebagainya. Dengan membaca kita dapat membuka pintu menuju dunia yang lebih luas yang dapat mengembangkan kreatifitas kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun