Mohon tunggu...
Vebrina Intan Prameswari Zain
Vebrina Intan Prameswari Zain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mencegah Stunting, Menyelamatkan Masa Depan Generasi Muda Indonesia

24 November 2024   17:44 Diperbarui: 24 November 2024   18:25 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bagaimana stunting memengaruhi tidak hanya tubuh seorang anak, tetapi juga masa depan bangsa secara keseluruhan? Sebelum mengupas tuntas tentang stunting, alangkah baiknya kita mengetahui definisi stunting terlebih dahulu. Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada anak-anak, terutama pada seribu hari pertama kehidupan, yang menyebabkan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak terhambat. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan standar usianya, akibat asupan gizi yang tidak memadai selama periode penting pertumbuhan. Selain berdampak pada fisik, stunting juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, kecerdasan, dan produktivitas di masa depan. Faktor-faktor seperti pola makan yang tidak seimbang, sanitasi yang buruk, serta akses terbatas pada layanan kesehatan berkontribusi terhadap terjadinya stunting, menjadikannya salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Stunting masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan, sekitar 21,6% anak Indonesia mengalami stunting. Masalah ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan otak dan kemampuan belajar mereka. Isu ini penting karena anak-anak yang mengalami stunting berpotensi menghadapi kesulitan dalam pendidikan dan pengembangan karir di masa depan, yang pada gilirannya mempengaruhi produktivitas nasional.


"Dr. Iwan Susanto, Sp.A., seorang dokter anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang menjelaskan tentang faktor-faktor penyebab stunting, seperti kurangnya asupan gizi yang cukup dan pola makan yang tidak seimbang pada ibu hamil"
"Ibu Siti Nurhayati, M.Sc., ahli gizi dari Universitas Indonesia, yang memberikan pandangan tentang pentingnya pendidikan gizi bagi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan"
"Pak Rahmat Hidayat, Ketua Posyandu di Desa Cibinong, yang membagikan kisah sukses dalam mengurangi angka stunting melalui intervensi gizi lokal dan edukasi ibu-ibu di daerah tersebut"
Stunting sering kali diakibatkan oleh beberapa faktor utama, termasuk kurangnya asupan gizi yang cukup selama 1.000 hari pertama kehidupan (dari masa kehamilan hingga usia dua tahun), sanitasi yang buruk, serta akses yang terbatas ke layanan kesehatan. Masyarakat pedesaan dan daerah terpencil sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar karena keterbatasan sumber daya dan informasi mengenai gizi yang baik. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah dan rentan terhadap penyakit. Selain itu, pertumbuhan fisik yang terganggu dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan kemampuan sosial anak. Di tingkat makro, stunting menghambat produktivitas tenaga kerja di masa depan, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lambat.

Stunting bukan hanya masalah fisik; dampaknya bisa meluas ke berbagai aspek kehidupan seorang anak. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah, yang dapat berdampak pada prestasi akademik di sekolah. Ini disebabkan karena kekurangan gizi yang dialami selama masa pertumbuhan dapat mempengaruhi perkembangan otak secara keseluruhan. Di masa dewasa, individu yang mengalami stunting juga berisiko memiliki kapasitas kerja yang lebih rendah, karena energi fisik dan mental mereka mungkin tidak seoptimal orang yang memiliki pertumbuhan normal. Selain itu, stunting dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, pencegahan stunting sejak dini memiliki manfaat jangka panjang untuk kualitas hidup dan produktivitas generasi mendatang.


Beberapa daerah di Indonesia telah menunjukkan hasil positif dalam menanggulangi stunting melalui pendekatan lokal. Misalnya, di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, program "Rumah Pemulihan Gizi" telah berhasil mengurangi angka stunting dengan memberikan pendampingan intensif pada keluarga yang memiliki anak berisiko. Program ini melibatkan para ibu dalam pelatihan memasak dan pemilihan bahan pangan lokal yang kaya nutrisi. Sementara itu, di Provinsi Jawa Tengah, program "Dapur Sehat Atasi Stunting" mendorong keluarga untuk mengolah makanan sehat dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar mereka. Inisiatif ini bukan hanya tentang pemberian bantuan pangan, tetapi juga membangun keterampilan dan kesadaran gizi jangka panjang.

Menciptakan generasi bebas stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, mulai dari tingkat  keluarga hingga kebijakan nasional. Dukungan penuh dari berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi, diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak-anak. Investasi dalam pendidikan gizi, peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan perbaikan infrastruktur menjadi kunci dalam menciptakan perubahan yang signifikan. Selain itu, keterlibatan aktif masyarakat, mulai dari keluarga hingga komunitas lokal, sangat penting dalam mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan stunting di Indonesia.

Keberhasilan upaya penanggulangan stunting dapat diukur melalui beberapa indikator, seperti penurunan prevalensi stunting, peningkatan tingkat kesadaran gizi di masyarakat, serta perbaikan pola makan dan kesehatan ibu serta anak. Survei Kesehatan Nasional (Susenas) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menjadi alat penting dalam memantau perkembangan ini. Selain itu, keberhasilan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah daerah yang mencapai status bebas stunting melalui program-program lokal yang inovatif dan berbasis komunitas. Evaluasi berkala terhadap program-program yang berjalan juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa strategi yang diterapkan tetap relevan dan efektif menghadapi tantangan yang ada.


Setiap orang memiliki peran penting dalam mengurangi angka stunting di Indonesia. Dari memilih makanan yang sehat untuk keluarga hingga mendukung kebijakan kesehatan di tingkat komunitas, kontribusi kecil setiap individu bisa membawa perubahan besar. Kesadaran dan edukasi yang terus-menerus perlu ditingkatkan agar generasi mendatang tumbuh lebih sehat dan lebih kuat, mampu bersaing dalam dunia yang semakin kompetitif. Dengan memahami pentingnya asupan gizi yang tepat, kita dapat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2023). Laporan Stunting Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

UNICEF Indonesia. (2024). The impact of stunting on future generations. Jakarta: UNICEF Indonesia.

Susanto, I., & Nurhayati, S. (2024). Wawancara tentang stunting di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun