Mohon tunggu...
Ve Aufara
Ve Aufara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya tertarik dengan artikel seni.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Ragam Perspektif dan Konstruksi Gender dalam Cerita Rakyat Indonesia

6 April 2024   11:29 Diperbarui: 6 April 2024   11:32 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber https://indonesiakaya.com

Dalam narasi ini, perempuan (ibu Malin Kundang) digambarkan sebagai figur yang menderita dengan hidup yang berantakan akibat perbuatan anaknya. Menyoroti ketidakadilan gender dalam cerita rakyat yang sering kali menempatkan perempuan sebagai objek yang menerima konsekuensi dari tindakan laki-laki. Hal ini mencerminkan norma patriarkal yang melekat dalam masyarakat, di mana perempuan sering kali tidak memiliki kekuasaan atau kendali atas nasib mereka sendiri (Adawiyah & Hasanah, 2020).

Namun, di sisi lain, terdapat cerita rakyat yang menunjukkan peran perempuan yang kuat dan mendobrak stereotip gender. Contohnya dalam cerita rakyat Putri Mandi Mayang Mengurai, di mana seorang putri yang cerdas dan berani mampu mengalahkan penjahat dan menyelamatkan kerajaannya. Di sini, perempuan tidak hanya diperlakukan sebagai objek pasif atau korban, tetapi sebagai tokoh utama yang memiliki keberanian dan kemampuan untuk memimpin. Kisah seperti ini memberikan inspirasi dan memperkuat nilai kesetaraan gender, menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki untuk mengatasi tantangan dan mencapai prestasi.

Cerita rakyat dengan konstruksi gender yang positif dapat menjadi sumber edukasi yang kuat bagi generasi muda tentang kesetaraan gender. Melalui narasi-narasi seperti Putri Mandi Mayang Mengurai, anak-anak dapat belajar bahwa perempuan juga memiliki kemampuan untuk berperan secara aktif dalam menyelamatkan situasi dan menentukan nasib mereka sendiri. Cerita rakyat yang menggambarkan perempuan sebagai tokoh kuat dan berpengaruh juga dapat membantu menginspirasi generasi muda untuk mengatasi stereotip gender dan mengejar impian mereka tanpa dibatasi oleh norma-norma budaya yang membatasi.

Namun demikian, cerita rakyat dengan konstruksi gender yang negatif perlu dikritisi dan diubah agar tidak mewariskan nilai-nilai patriarki dan misoginis kepada generasi mendatang. Sudah saatnya untuk melihat kembali narasi-narasi tradisional yang menempatkan perempuan sebagai objek atau subordinat, dan mengupayakan pembuatan kembali narasi yang lebih inklusif serta mendukung kesetaraan gender. Dengan mengambil pendekatan kritis terhadap cerita rakyat, kita dapat mendorong perubahan sosial yang lebih progresif dan menjunjung tinggi martabat serta peran aktif perempuan dalam masyarakat.

Dari berbagai contoh dan analisis tersebut, kita dapat melihat bahwa konstruksi gender dalam cerita rakyat Indonesia tidak hanya merupakan refleksi dari nilai-nilai budaya yang ada tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk serta mengubah perspektif kita tentang gender dan peran sosialnya dalam masyarakat. Penelitian lanjutan dan pendekatan kritis terhadap cerita rakyat dapat membantu kita melihat bagaimana dinamika gender terus berubah seiring dengan perkembangan budaya dan nilai-nilai sosial di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun