Mah, apa kabar hari ini? Baik kah? Pey harap saat ini, mamah sedang tersenyum. Karena satu beban tercabut. Putri yang selalu membuat tensi darah mamah naik, sudah kembali mencoba merangkak jauh dari lembah terkutuk itu. Memang belum sempurna, tapi setidaknya putrimu ini mulai kembali tersenyum pada dunia. Dan semoga suatu saat bisa berteriak "Dunia....., ini aku! Anak seorang perempuan desa yang bermimpi menaklukanmu! Dan aku baru saja melakukannya!!!"
Mah...., ini bulan Agustus! Bulan penuh kenangan untuk kita. Di bulan ini, mamah bertarung melawan maut untuk memberikan secercah harapan seorang laki-laki di sampingmu. Di bulan ini, 3 tahun yang lalu, ditengah malam kita berpisah. Itu kepergianku paling jauh dan mungkin untuk waktu yang lama. Tapi tak ada air mata di pipimu. Hanya senyuman penuh harap, semoga Pey kembali dengan membawa mimpi kita yang terwujud. Setahun yang lalu, kita berdua menangis lewat Telepon. Pey masih ingat apa yang Mamah katakan, " Setidaknya, kamu sudah mencapai mimpi bocahmu menginjakkan kaki di Alpen yang terselimuti salju." Pey ga kuat Mah mendengarnya. Beban di pundak ini terlalu berat. Dan Pey teringat janji di kartu Pos itu, janji anak pada ibunya. Hati Pey makin sakit, mah. Pey tak bisa mewujudkan keinginan dan janji itu. Dan di bulan ini, kita kembali menangis. Kali ini dalam peluk penuh syukur dan bahagia. Mimpi itu mungkin tak akan terwujud. Namun benar yang mereka katakan. DIA punya rencana yang lebih indah untuk kita.
Mah, beberapa hari menjelang pergantian tahun untuk Pey. Ada banyak rasa yang tak bisa diurai. Cinta, kasih sayang, dan pengertian. Sungguh Pey bersyukur memiliki ibu seperti mamah. Wanita desa yang tangguh. Yang tak mau putra putrinya "berlabel" desa. Terimakasih telah memberikan Pey kesempatan menghirup udara dunia. Dan membuat Pey mengerti bahwa hidup itu berjuang, memberi dan menerima.
Mah, semoga semua jasa muliamu membawamu ke taman indah kekal nanti. Untuk tahun ini, janji Pey tetap sama. Suatu saat, mamah tak perlu lagi berjemur di bawah terik matahari Cirebon. Mamah akan sibuk di kebun belakang rumah. Menanam lalapan kesukaan Pey, strawberry, dan bunga-bunga penuh warna. Sambil bershalawat ditemani lembutnya angin  Gunung Galunggung. Dan bapak? Bapak sedang asik dengan kolam ikannya. Saat itu Pey menyaksikan di balik jendela dengan senyum terkembang. Ah..... Semoga. ^_^
*Asli.... ini tulisan ternarsis sepanjang masa whehehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H