Mohon tunggu...
Ve Rhayesha
Ve Rhayesha Mohon Tunggu... -

................ NGARANG!!!\r\nI Love Vienna.........kecanduan sotobeli....sotobeli ituuuu......mmmh nyummi.....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menabuh Bedug? Wanita Juga Bisa.........

30 Agustus 2011   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bener banget! Menabuh bedug saat takbiran tidak harus dilakukan oleh pria dong ya? Kita wanita pun bisa. Kami contohnya. ^_^

Ini berawal dari narsis tingkat dewa yang dimiliki kakak sepupu saya. Sepertinya nenek moyang kami memang menurunkan sifat itu kepada anak cucunya. Buktinya kita -kita nih pada narsis abiiisss!

Ok, jadi gini. Selepas berbuka dan sholat maghrib, kami ( saya, 2 kakak sepupu wanita, dan tante ) duduk-duduk di sofa sambil mengobrol kesana kemari diselingi canda. Kami ini biasa dipanggil biang rusuh, karena kalau kami plus mamah ngumpul, pasti rame. Naah lagi asik-asiknya ngobrol, kakak sepupu yang tinggal di Cipanas, Cianjur inipun secara spontan mengajak kami menabuh bedug. Memang suasananya saat itu sepi sekali. Tak terdengar gema takbir yang biasanya sudah berkumandang sejak selepas Ashar. Dan mushola tepat di depan rumah. Akhirnya dengan modal nekat dan narsis, kami pun mulai mencoba menabuh bedug. Mungkin karena kami punya darah seni ( kaaaan narsis lagi :P ) tak butuh waktu lama untuk menemukan irama yang pas. Dan suara bedug mulai menggema di kampung kami. Saking asyiknya., sampai kami harus ditegur oleh Ua kami yang juga Imam masjid, karena telah masuk waktu Isya. Ok laaaaah nabuh bedugnya udahan dulu.

Selepas Isya, kami melanjutkan kegiatan yang sangat mengasyikan ini. Biasanya, para pemuda dari kampung sebelah yang kebagian tugas ini. Tapi tahun ini, kami mengambil alih. Yaaa, minimal sengantuknya kami aja lah wheuheuheuheu...,

Tambah malam kami tambah semangat. Para pemuda pun mulai berdatangan. Tapi kami belum mau berhenti. Nenek kami sampai menggeleng-gelengkan kepala melihat cucu-cucu wanita dan menantunya asyik dengan mainan baru ini. Sebenernya sih, kami menunggu kue bugis dari tetangga yang terkenal dengan rasa kue buatan nya yang enak. hahahahaha Di kampung kami memang begitu, setiap rumah selalu mengirimkan makanan ke mushola untuk para pemuda yang begadang semalaman untuk mengagungkan namaNYA.

Kue nya belum datang, tangan belum merasa pegal, tapi nenek kami sudah bertolak pinggang di depan pintu. Ya udah lah kita udahan aja.

"Pey, taun depan kita maen lagi ya"

"InsyaAllah, Teh! Kalo Allah masih memberikan kita kesempatan ketemu Ramadhan lagi."

"Dan kalo kita ada duit buat mudik ya?"

"Itu yang paling penting! " Hahahahahaha

*hadeuh panangan cararangkeul yeuh ^_^ Selamat Idul Fitri semua, salam narsis ;)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun