Mohon tunggu...
Fitri Tasfiah
Fitri Tasfiah Mohon Tunggu... -

Inconsistent Demeanor. Grad of Fikom Unpad, Public Relation. Account Manager (IT Solution). Singing, Writing, and Praying.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Bahan Berbahaya Pada "Pembalut Wanita" dan "Disposable Diapers"!

10 Maret 2010   10:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:30 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hati-hati untuk para wanita dalam memilih produk yang bersentuhan dengan organ vital anda. Ketika saya iseng-iseng gogling untuk mengetahui apa itu DIOXINS? keluar sederet list artikel dari beberapa milis yang isinya masih satu benang merah, bahkan nyaris sama! Saya terkejut dengan apa yang saya baca. Ternyata sebuah pembalut itu tidak sepenuhnya aman. Semula saya berpikir kalau suatu produk yang sudah beredar di masyarakat, khususnya tersebar di tempat-tempat tertentu, seperti supermarket dan apotek sudah terjamin. Bukankah produk yang beredar harus teregistrasi di BPOM dan melalui uji klinis?

Semula saya akan menguraikan kembali apa itu DIOXINS ? DIOXIN adalah sebuah hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper.Bagaimana Dioxin tersebut bisa meresap ke dalam rahim ?
Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut , maka zat dioxin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap tersebut pertama-tama akan mengenai permukaan vagina, kemudian diserap ke dalam rahim melalui saluran Serviks, lalu masuk ke uterus, melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium.Sehingga menyebabkan : kanker leher rahim, gatal2, myoma dll.

Pembalut yang biasa kita pakai ternyata terbuat dari kertas /sampah daur ulang dan mengandung DIOXIN.
Konggres (DPR) di Amerika Serikat sedang mempersiapkan Undang-undang pelarangan pemakaian pemutih pada pembalut dan pemakaian bahan daur ulang. http://womenscancercenter.com/cancercosts/hr890.html ttg Tampon Safety and Research Act of 1999 (Introduced in the House)HR 890 IH

Beberapa negara maju pembalut semacam ini dilarang beredar. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Sepertinya orang awam seperti saya mendapat kurang sosialisasi mengenai ini. Buktinya, saya sendiri baru tahu ketika mencari tahu sendiri di milis-milis yang ada. Industri pembalut tetap menjual produk mereka dengan harga yang sangat murah dan berkualitas rendah karena tidak memakai bahan kapas melainkan berbahan dasar sampah kertas daur ulang dan pemutih.

Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim NO.1 di dunia , dan 62% salah satunya diakibatkan oleh penggunaan produk pembalut yang tidak berkualitas. Di RSCM: 400 pasien kanker leher rahim baru setiap tahunnya, dan itu baru dari satu rumah sakit dan kematian akibat kanker serviks sekitar 66%. Mayoritas penderita datang dalam kondisi stadium lanjut. Tingkat kesadaran deteksi dini masih rendah. Setiap satu jam ada penambahan penderita kanker mulut rahim di Indonesia. Tanpa kita sadari, bisa saja kita meracuni daerah kewanitaan kita sendiri. Pernakah anda membayangkan sebelumnya pembalut yang biasa kita pakai ternyata terbuat dari kertas /sampah daur ulang dan mengandung DIOXIN yang dapat mengancam kesehatan kita seperti yang tertulis diatas?

Lalu, bagaimana dengan Dispoable Diapers?
Ternyata diapers untuk anak tidak bisa dianggap seluruhnya aman. menurut milis yang saya baca http://valsco.blogspot.com/2009/11/bahan-kimia-berbahaya-dalam-disposable.html Diapers bayi pasti menjanjikan permukaan selalu kering. Mengapa? Sodium Polyacrylate memang bisa bekerja sebagai super absorbent yang hebat, bahan yang berbentuk serbuk sebelum dicampurkan pada lapisan dalam disposable diaper memiliki daya serap lebih dari 100 kali dari beratnya di dalam air. Bahan kimia inilah yang mengubah cairan menjadi gel yang akan menempel di kulit bayi dan menimbulkan reaksi alergi. Disamping itu, bahan ini juga dicurigai sebagai biang keladi iritasi kulit dan demam. Anak-anak bisa terbunuh jika menelan 5 gram Sodium Polycrylate. Selain itu, bahan ini juga merusak daya tahan tubuh dan menurunkan berat badan para pekerja pabrik yang memproduksinya.
Tributyl Tin (TBT) juga termasuk bahan yang digunakan dalam produksi disposable diaper. Bahan kimia ini selain menyebabkan pencemaran lingkungan juga sangat beracun. Penyebarannya bisa melalui kulit, jadi bisa dibayangkan tingkat bahayanya kalau kulit bayi yang sensitif memakai diaper yang mengandung TBT. Karena saking beracunnya bahan kimia ini dalam konsentrasi yang sangat kecil pun bisa mengakibatkan gangguan hormon disamping mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tak tanggung-tanggung, orangtua yang memiliki bayi laki-laki perlu waspada karena bahan ini bisa menyebabkan kemandulan (pada bayi laki-laki). Ginny Caldwell dalam artikelnya yang berjudul Diapers. Disposable or Cotton?, menyatakan bahwa kerusakan dalam sistem saraf pusat, ginjal dan lever bisa disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam disposable diaper.

Sepertinya kita sebagai wanita perlu lebih waspada dalam memilih produk terutama jika produk tersebut dapat mengeancam kesehatan kita dan anak kita. Untuk pengujian apakah terbuat dari pulp/kertas daur ulang sbb :

Sobek produk pembalut Anda, ambil bagian inti dalamnya.Ambil segelas air putih di dalam gelas transparan. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut Anda dan celupkan ke dalam air tersebut. Aduk dengan sumpit.Lihat perubahan warna air (karena kalo higienis dan bersih, seharusnya air akan tetap jernih). Lihat apakah produk tersebut tetap utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya KERUH, berarti Anda menggunakan produk yang kurang berkualitas, dan banyak mengandung zat pemutih (DIOXIN).

Lalu bagaimana untuk uji Disposable Diapers? Hingga tulisan ini saya keluarkan, saya masih belum mengetahuinya. Bahkan rupanya popok kain memang jauh lebih aman. Sebenarnya bisa saja pemerintah mengeluarkan undang-undang seperti di negara maju, tapi kita juga tidak mau kesehatan terancam karena mengandalkan suatu perubahan yang sepertinya akan memakan waktu panjang (bahkan bisa saja tidak akan ada).


Take care your self and your family! Semoga berguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun