Mohon tunggu...
VDPS IAASIndonesia
VDPS IAASIndonesia Mohon Tunggu... Lainnya - VDPS IAAS Indonesia

IAAS INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Nature

What We Can Do to Prevent Climate Change While Doing Social Distancing: For Earth From Home

23 April 2020   18:27 Diperbarui: 23 April 2020   18:27 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.aegonassetmanagement.com

Pandemi COVID-19 yang sedang terjadi di dunia ini telah mengganggu kehidupan sehari-hari, menyebabkan penyakit dan tingkat kematian yang tinggi, serta mengakibatkan krisis ekonomi global. Pemerintah telah melakukan tindakan dengan mengambil langkah-langkah untuk membatasi akses di berbagai kota, melarang perjalanan, dan mengisolasi beberapa negara serta menyarankan jarak sosial atau social distancing. Praktik social distancing adalah perubahan perilaku yang mencegah penularan penyakit dengan mengurangi tingkat kontak antara individu yang rentan dan individu yang terinfeksi yang dapat menularkan penyakit. Praktik social distancing dapat mengurangi tingkat keparahan epidemi, tetapi manfaat social distancing tergantung pada sejauh mana digunakan oleh individu (Regula 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), langkah-langkah menjaga jarak fisik atau mengurangi kegiatan sosial (social distancing) bisa menjadi hal yang efektif dalam penyebarannya sampai vaksin tersedia secara luas. WHO juga menegaskan bahwa perlu waktu satu tahun, sebelum vaksin untuk virus corona tersedia. Namun, manfaat dari social distancing kecil untuk penyakit yang sangat menular ketika tidak ada vaksin. Meskipun vaksin belum ditemukan, Zhang Linqi dari Universitas Tsinghua di Beijing telah menemukan antibodi dengan mengambil antibodi pasien-pasien yang pulih dari corona untuk dijadikan obat dan sudah diuji dapat menghalangi masuknya virus kedalam tubuh.

Tidak hanya mencegah penyebaran virus corona, social distancing juga membantu mengurangi produksi gas rumah kaca dan memiliki konsekuensi yang tak terduga untuk climate change. Sumber terbesar emisi karbon yang disebabkan oleh gaya hidup kita berasal dari kegiatan utama seperti bermobilisasi dengan pesawat, mobil, motor, memakan makanan hewani dan sisa makanan organik. Christopher M. Jones, pengembang utama di Cool Climate Network, sebuah konsorsium riset terapan di Laboratorium Energi Terbarukan UC Berkeley dan Tepat Guna, mengatakan bahwa "semua tindakan pencegahan ekstra yang dilakukan sekolah dan bisnis untuk menjaga orang-orang di rumah tetap selamat dan itu jelas yang paling penting." Setelah itu, Christopher M. Jones juga menambahkan bahwa banyak tindakan yang dapat dilakukan orang dalam menanggapi wabah COVID-19 yang memiliki manfaat untuk pengurangan jejak karbon meskipun tindakan yang dilakukan hanya memiliki sedikit efek atau bahkan dapat memberikan efek besar pada pengurangan emisi gas karbon.

Climate change dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah produksi gas rumah kaca yang sangat tinggi. Adanya pandemi COVID-19 dan penerapan social distancing ini ternyata berdampak pada climate change. Penerapan social distancing akan mengurangi intensitas transportasi, sehingga emisi yang dihasilkan kendaraan juga berkurang. S

ocial distancing juga membuat banyak orang harus tinggal di dalam rumah, hal ini dapat mempengaruhi banyak hotel, tempat wisata, dan tempat makan lainnya menjadi sepi sehingga konsumsi makanan menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya sampah organik dari sisa makanan. Seperti yang kita ketahui, penumpukan limbah organik yang tidak diolah akan menghasilkan gas metana yang akan mencapai atmosfer dan berdampak pada perubahan iklim. Diperkirakan 1 ton sampah organik menghasilkan 50 kg gas metana dan efeknya 21 kali lebih besar dari CO2.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah wabah COVID-19 dan mengurangi climate change untuk bumi yang lebih baik selama social distancing yaitu tetap di rumah dan tidak pergi jika tidak diperlukan, menemukan cara baru untuk belajar dan bekerja agar tetap produktif di rumah, dan menjaga kebersihan. Selain itu, sebagai anak muda yang memiliki social power dalam media sosial, kita dapat mengikuti kampanye tentang COVID-19 dengan Government Organization (NGO) maupun Non Government Organization (NGO) melalui media sosial dan menyebarkannya secara luas. Berdonasi untuk membantu persediaan alat kesehatan untuk tenaga medis maupun masyarakat yang membutuhkan.

Oleh : Aulia Uswatun Nur Khasanah (IAAS LC IPB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun