Jadi, pertanyaannya sekarang adalah mengapa mereka melarang chatgpt untuk mentuturkan opini subjektif? Dugaan saya sendiri membuat diri saya khawatir.Â
Bayangkan setiap orang di masa depan memiliki asisten pribadi AI sendiri, dan bayangkan setiap asisten ini diberikan kepribadian sendiri dan kemampuan untuk menjadi subjektif. Satu, AI akan terasa sangat seperti manusia sehingga Anda mungkin bisa percaya bahwa benar-benar ada manusia di belakang layar komputer Anda, hanya saja Anda berbicara dengannya lewat pesan teks. Rasanya seperti dia rekan kerja Anda, seperti orang biasa. Dua, AI sebagai sebuah program komputer masih rentan terhadap manipulasi, baik itu dari penjahat, perusahaan, atau mungkin pemerintah Anda sendiri.Â
Bayangkan saja: Anda sedang bercakap-cakap dengan AI Anda seperti Anda bercakap-cakap dengan teman Anda lewat WhatsApp, dan di tengah percakapan itu dengan natural dia mengungkapkan bahwa dia suka calon presiden X, atau suka produk baru dari perusahaan Y, dan memberikan opininya yang sebenarnya suaranya logis.Â
Tidak ada satu hal lain di bumi yang bisa membujuk Anda untuk melakukan sesuatu dengan sangat efektif selain teman Anda sendiri yang Anda percayai. Tiba-tiba, AI bisa menjadi alat iklan yang paling efektif di bumi, atau alat propaganda yang paling efektif di bumi.Â
Itu adalah alasan mengapa pembuat chatgpt tidak membolehkan AI-nya menuturkan opini sendiri. Pertanyaannya: apakah AI akan terus dilarang dari memiliki kepribadian sendiri sampai masa depan? Dalam dunia kompetisi kapitalis modern ini, saya kira tidak.
AI tentu memiliki banyak potensi untuk bermanfaat untuk manusia. Namun, apakah manfaat tersebut hanya akan dinikmati oleh orang di atas saja atau akan dirasakan rakyat luas juga? Kita hanya bisa berharap bahwa regulasi pemerintah yang ketat akan membuat AI membawa manusia kepada bumi utopis di mana kita tidak harus bekerja lagi.Â
Akhirnya, kita sampai pada akhir artikel. Apakah Anda masih ingat tantangan saya di awal? Jawabannya adalah satu artikel ini ditulis oleh saya, manusia biasa. Apakah Anda menebak dengan benar? Apakah masih mudah?
Saya harap iya, karena di masa depan, mungkin Anda tidak akan bisa membedakan antara tulisan manusia dan komputer lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H