Mohon tunggu...
Nurvita Wahyu Febriani
Nurvita Wahyu Febriani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Just do that I can do, because it's me and that's you.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Elegan Umat Muslim Berunjuk Rasa

18 September 2012   13:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:17 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348046666121015237

[caption id="attachment_213275" align="aligncenter" width="279" caption="para ulama beserta pemerintah daerah melaksanakan zikir akbar dan do"][/caption]

foto : google.com

Kabupaten Mandailing Natal yang juga sering disebut dengan Madina adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Dan tadi, saya sempat menyaksikan siaran berita di sebuah stasiun televisi bahwa pada hari ini, para ulama dan pemerintah daerah Mandailing Natal melakukan demonstrasi terkait dengan aksi protes mereka terhadap peredaran film Innocence of Moslems yang dianggap telah melecehkan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umat Islam. Berbeda dengan aksi demo yang juga dilancarkan oleh umat muslim hampir diseluruh penjuru dunia, aksi demostrasi ini berlangsung dengan damai dan hikmat, yaitu dengan mengadakan dzikir akbar dan do’a bersama dengan harapan agar si pembuat film disadarkan dan diberi petunjuk untuk kembali pada jalan yang benar. Mereka berpendapat, bahwa aksi demonstrasi secara anarkis justru akan semakin memperburuk citra umat Islam yang kini sedang menjadi sorotan dunia akibat aksi terorisme yang sedang marak terjadi.

Mungkin, sebagian orang akan menganggap upaya ini hanya sia-sia. Karena aksi damai, hanya akan dipandang sebelah mata oleh dunia. Mereka akan cenderung dianggap pasrah bahwa semua ini adalah takdir. Padahal bila kita cermati secara lebih jauh, bukankah justru inilah yang menjadi tuntunan Rasulullah SAW bahwa “air tuba tidak boleh dibalas dengan air tuba,” kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan, namun justru dibalas dengan kebaikan yang berbalut kedamaian.

Tentunya, kita tidak bisa hanya sebatas memandang dari salah satu sudut saja. Ada banyak alasan pula yang menjadi penyebab para demonstran bertindak anarkis yang bahkan hingga menelan korban jiwa. Pada kenyataannya, aksi damai memang senantiasa dipandang sebelah mata. Sebagai contoh adalah kasus Gaza, apakah mungkin hanya akan dilawan dengan perdamaian padahal ini juga merupakan penindasan terhadap umat Islam?. Apakah cukup kita berdo’a lantas bisa terselesaikan?. Bukankah Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa adanya usaha dari kaum tersebut?.

Namun kitapun perlu menelaah terkait berbagai aksi protes kaum muslim dalam kasus ini. Aksi protes memang perlu kita lancarkan untuk membela diri ketika kita tertindas, tetapi kitapun perlu memahami aksi itu bukan secara anarkis yang lantas menelan korban. Bukankah kita diajarkan untuk saling menjaga sesama umat manusia?. Bagaimana jika demo besar-besaran namun secara damai dan elegan. Tanpa adanya kekerasan yang diwarnai jatuhnya korban, bukankah itu akan menjadi lebih baik yang akan menyimbolkan bahwa umat muslim adalah umat beragama yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama, persaudaraan, dan perdamaian?. Bukankah mereka “sang pengadu domba” justru semakin bersorak-sorai melihat dunia berguncang emosi akibat ulah umat muslim yang bergejolak. Apakah demo secara anarkis akan menyelesaikan kasus ini padahal mereka jauh disana yang tidak bergelut langsung dengan emosi kita?. Dan merekapun senantiasa berpayung pada undang-undang kebebasan berekspresi yang mereka miliki.

Namun, kitapun harus menyadari betapapun keadaan ini begitu buruk, nyatanya kita tetap tidak bisa lepas dari dunia barat. Kebutuhan impor berbagai barang, pinjaman bagi negara, kemajuan teknologi, dan lainnya, masih tetap terpenuhi dari dunia barat. Dan kita mutlak tetap membutuhkan mereka. Terlebih dengan keadaan Indonesia sebagai negara berkembang, yang masih berhutang sana-sini. Karenanya pemerintah Indonesia khususnya, perlu meningkatkan kemampuan diplomatiknya dengan negara-negara barat khususnya Amerika agar ketika terjadi masalah-masalah seperti ini Indonesiapun dapat bersuara dalam kancah internasional yang tak hanya terkenal akan aksi anarkis, meskipun anarkisme masyarakat Indonesia ini tak hanya sendiri.

Maka sekiranya, patut kita renungkan bersama bagaimana agar kita dapat melancarkan aksi protes kita tanpa harus mengorbankan saudara kita sendiri maupun mereka para punggawa barat. Andaikan kita melakukan aksi demo besar-besaran secara damai dan serentak oleh seluruh umat muslim Indonesia khususnya, yang kemudian ditutup dengan dzikir akbar dan do’a bersama seperti yang dilakukan di Mandailing Natal bukankah akan membuat kita nampak lebih elegan dan damai dalam berunjuk rasa?. Karena ciri utama dari umat Islam adalah persaudaraan, perdamaian, dan persatuan, bukan permusuhan dan kerusuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun