Saya selaku pendatang di kota Yogyakarta, memang belum menjelajahi seluruh kawasan wisata yang ada di Jogja ini. Namun suatu ketika, saya berkunjung ke kawasan Kaliurang. Ketika sampai, hawa dinginpun menyambut, membuat saya serasa sedang di kota kembang, Bandung. Pandangan sayapun tertuju pada sebuah taman yang nampak tak begitu ramai di weekend ini. Sayapun penasaran ingin mengetahui lebih jauh tentang taman itu. Sayapun berkeliling taman bersama beberapa kawan saya yang kebetulan kami sedang mengikuti suatu acara di sekitar Kaliurang pada bulan Juni lalu.
Taman rekreasi kaliurang-dokumentasi pribadi
Salah satu objek rekreasi yang ada di Kaliurang adalah Taman Rekreasi Kaliurang. Taman tersebut telah berusia ratusan tahun sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia, namun belum pernah sekalipun mendapatkan kucuran dana untuk renovasi. Disana, terdapat berbagai area permainan yang dapat dimanfaatkan pengunjung baik anak-anak maupun orang dewasa untuk outbond, adapula bangku-bangku yang diletakkan diantara rerumputan untuk duduk sembari bersantai menikmati hawa sejuk nan dingin di Kaliurang. Dengan didukung suasana sekitar yang cukup lengang yang menjadi ciri khas kawasan Kaliurang, memang menjadikan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin melepas penat dan mengasingkan diri sejenak dari keramaian kota.
“Sebenarnya, tanah ini adalah tanah sultan. Untuk sistem penyewaannya sendiri, adalah dengan sistem sewa yang diperpanjang setiap sepuluh tahun sekali,” tutur Bapak Heru selaku penjaga loket masuk taman. Meski tanah ini merupakan tanah Sultan, namun tidak ada pembatasan ataupun syarat-syarat tertentu dalam melakukan pembangunan juga pengembangan taman ini seperti halnya bangunan di atas tanah keraton lainnya.
“Untuk pengunjung sendiri, biasanya akan cukup ramai pada hari Minggu, hari libur, dan saat lebaran. Pengunjung umumnya adalah rombongan keluarga maupun rombongan dari suatu komunitas yang ingin mengadakan outbond. Meskipun ada juga beberapa yang datang satu atau dua orang sekadar untuk bersantai di taman,” ujar bapak paruh baya yang telah menjadi penjaga loket taman selama 22 tahun ini.
Pada awalnya, taman ini hanyalah sebuah vila yang tak terurus dan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dengan kepemilikan atas nama PT Anindya Internasional. . Namun karena adanya kasus korupsi yang membelit intern perusahaan, kepemilikanpun dialih tangankan pada PT Arga Jasa. Karena tetap saja tidak ada tindak lanjut untuk dimanfaatkan, akhirnya timbul inisiatif dari beberapa pejabat desa untuk mengkomersialisasikan vila tersebut untuk diubah menjadi sebuah taman rekreasi. Masyarakat sekitarpun menyambut positif rencana ini, terlebih setelah sekian lama yang telah menjadikan taman ini sebagai sumber penghasilan bagi mereka.
“Adanya taman rekreasi ini telah menjadi sumber penghasilan bagi kami selaku masyarakat sekitar, sekalipun hanya ala kadarnya yang tak mencukupi kebutuhan kami sepenuhnya, namun tetap saja mendongkrak pendapatan kami,” kata seorang ibu berusia 50tahun yang berjualan jadah tempe sebagai makanan khas Kaliurang.
Jadah tempe makanan khas Kaliurang-dokumentasi pribadi
Pedagang lainpun menuturkan bahwa meski tak begitu ramai, namun penghasilan dari berjualan disekitar taman ini cukup lumayan dan menjadi mata pencaharian tetap bagi mereka. Karena memang ada berbagai jenis makanan yang dijual antara lain sate kelinci, jagung, bakso, gorengan, dll. “Meski pendapatan yang saya dapat sedikit, namun saya sudah merasa nyaman tinggal disini dan berjualan di pinggir taman ini,” kata seorang ibu yang sudah berjualan ronde disana selam kurang lebih enam belas tahun.
Meski fasilitas yang ada taman ini terbatas, pengunjung yang datang cukup menikmati dan bahkan beberapapun telah menjadi pengunjung tetap alias rutin. Sebut saja Dahana yang hapir selama dua tahun ini rutin berlibur ke Kaliurang. “Saya rutin ke Kaliurang setiap berlibur, dan tujuan utamanya adalah taman ini. Selain karena suasananya yang tenang dan udaranya yang sejuk, tiketnyapun murah seharga Rp 5000,00. Harga makanan dan barang-barang disinipun murah. Saya bisa bermain dengan anak sekaligus refreshing,” ujar mahasiswa asal Jerman yang sudah hampir fasih berbahas Indonesia ini. Menurut penuturannya pula, jumlah pengunjung taman ini kian menurun karena mungkin timbul rasa bosan akibat fasilitas terbatas yang hanya itu-itu saja. Namun ia tak pernah bosan mengunjungi taman ini karena meski apa adanya, diatetap puas dengan kebersihan taman yang terus terjaga.
Bangku yang masih terbatas di taman-dokumentasi pribadi
Beberapa pengunjung lainpun beralasan memilih mengunjungi taman ini karena jaraknya yang relatif dekat dengan rumah. Selain itu,taman rekreasi inipun memiliki area yang luas, sehingga cocok untuk tempat anak bermain. “Saya selaku orang yang cukup sering berkunjung sekaligus mewakili masyarakat sekitar berharap adanya renovasi dan pengembangan taman secara continue oleh pemerintah agar semakin memikat pengunjung. Misalnya,ditambah dengan koleksi beberapa jenis binatang agar terasa semakin hidup. Selain itu, diharapkan agar pengelolah mengaktifkan toilet dan musholla taman, karena toilet masih terbatas serta menambah jumlah bangku taman,” tutur ibu dua anak ini.
Nah, demikian hasil reportase saya. Semoga bisa bermanfaat, dan bisa menjadi wacana bagi pemerintah daerah Jogjakarta untuk memperhatikan dan menindak lanjuti harapan masyarakat terhadap Taman Rekreasi Kaliurang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H