Mohon tunggu...
Vaya Sophia
Vaya Sophia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengungkap Risiko Ultrasonic Scaler: Keterbatasan dalam Teknologi

18 Juni 2024   15:35 Diperbarui: 18 Juni 2024   15:46 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cobradental.co.id/blog/detail/fungsi-cara-kerja-dan-tips-perawatan-ultrasonic-scaler

Gigi yang bersih dan sehat tentu saja menjadi dambaan semua orang. Anjuran dari dokter gigi untuk berkunjung setiap 6 bulan sekali bukanlah hanya sebuah omongan semata, melainkan sebuah keharusan. Untuk memiliki gigi yang bersih dan sehat tidak cukup jika hanya kita rawat dengan sikat gigi, karena sisa makanan yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi dapat menumpuk. Sisa makanan ini kemudian berubah menjadi plak, yaitu lapisan bakteri, dan penumpukan dari plak akan berubah menjadi kalkulus, atau yang biasa disebut sebagai karang gigi. Oleh karena itu, gigi harus dibersihkan dengan prosedur khusus, yaitu scaling.

Scaling merupakan prosedur pembesihan kalkulus yang tidak dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri seperti sikat gigi. Perlu peralatan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh tenaga profesional untuk melaksanakan prosedur ini.

Scaling umumnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu scaling manual dan scaling ultrasonik. Berbeda dengan prosedur scaling manual yang hanya mengandalkan tenaga dari dokter gigi dan menggunakan peralatan operasional kedokteran gigi seperti chisel, sickle, dan lainnya, scaling digital menggunakan alat khusus bernama Ultrasonic Scaler. Kedua prosedur ini memiliki tujuan yang sama, untuk mengikis lapisan kalkulus. Hanya saja, mekanisme bekerjanya berbeda. 

Ultrasonic scaler  (USS) bekerja dengan bantuan getaran ultrasonik dan semburan air untuk membersihkan lapisan kalkulus dengan lebih mudah. Selain keunggulannya dalam efisiensi tenaga dan waktu, prosedur scaling dengan USS dapat meminimalisasi kerusakan pada lapisan enamel gigi karena digunakan dengan tekanan yang minim dan lembut.

Akan tetapi, sejumlah manfaat dari USS tidak dapat dirasakan oleh semua orang. Ada beberapa kontraindikasi dari penggunaan USS yang menyebabkan penggunaan prosedur ini dibatasi untuk beberapa kalangan orang, antara lain:

1. Ibu hamil trimester 1 dan 3

  • Kontraindikasi pertama dari penggunaan USS adalah ibu hamil, khususnya pada trimester 1 dan 3. Trimester 1 (usia kandungan 1---3 bulan) merupakan fase paling rentan karena janin masih dalam proses organogenesis atau pembentukan organ. Getaran yang ditimbulkan dari alat ultrasonic scaler dikhawatiran dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin yang masih sangat lemah. Risiko keguguran dapat timbul jika melakukan prosedur scaling pada trimester pertama.
  • Selain trimester 1, trimester 3 (usia kandungan 6---9 bulan) juga kurang dianjurkan untuk melakukan prosedur scaling dengan USS. Pada trimester ini, hormon ibu sangat fluktuatif dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, pengaruh hormon dapat membuat ibu merasa mual pada prosedur scaling karena adanya rangsangan di dalam rongga mulut. Selain itu, seperti yang kita ketahui, pergi ke dokter gigi seringkali membuat takut dan gugup bagi beberapa orang. Fenomena ini dapat memicu produksi hormon adrenalin atau yang biasa kita sebut sebagai hormon stres. Pada ibu hamil, adrenaline dapat memicu hormon corticotrophin yang dapat merangsang kontraksi pada rahim, sehingga membahayakan bagi janin karena beresiko terjadinya kelahiran prematur.

2. Orang yang menggunakan ring jantung 

  • Ring jantung merupakan alat berupa tabung kecil yang dipasang pada pembuluh darah untuk membuat aliran darah dari jantung menjadi lebih lancar. Penggunaan alat ultrasonik dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan dual-system pacemaker yang dapat membahayakan pasien dengan ring jantung. Selain itu, pasien yang menggunakan ring jantung juga memiliki risiko endokarditis. Endokarditis adalah infeksi yang terjadi pada lapisan dalam jantung (endokardium). Bakteri yang timbul dari prosedur dental invasif, seperti scaling dengan instrument USS, dikhawatirkan dapat menginfeksi bagian endokardium. Pemberian antibiotik profilaksis dibutuhkan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi endokarditis.

3. Pasien dengan gangguan pembekuan darah dan pengonsumsi obat antikoagulan

  • Pada prosedur scaling, terutama USS, seringkali terjadi pendarahan pada gusi yang disebabkan karena lepasnya lapisan kalkulus yang menempel pada gusi. Gusi yang berdarah ini merupakan hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan jika pendarahan tidak lebih dari dua jam setelah prosedur scaling dan akan sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, bagi pasien yang menderita gangguan pembekuan darah seperti hemofilia tidak disarankan untuk melakukan prosedur scaling dengan USS. Kondisi ini sangat membahayakan karena pasien dapat kehilangan banyak darah setelah prosedur dilakukan.
  • Hal yang sama juga perlu diperhatikan bagi pengonsumsi obat antikoagulan. Antikoagulan adalah jenis obat yang berfungsi untuk mengencerkan darah dengan menghambat terjadinya penggumpalan darah. Obat antikoagulan biasanya dikonsumsi oleh pasien yang menderita penyakit stroke. Sama seperti yang sebelumnya dibahas, obat antikoagulan juga membuat pembekuan darah berlangsung lebih lama karena gumpalan darah yang seharusnya berfungsi untuk menutup luka menjadi lebih sedikit dan darah cenderung encer, sehingga darah sukar untuk membeku.   

Itulah beberapa risiko penggunaan ultrasonic scaler (USS) yang harus kita perhatikan. Tidak hanya untuk pasien, dokter gigi juga perlu teliti dalam menggali informasi kesehatan pasien sebelum melakukan prosedur scaling dengan bantuan USS agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Perlu digarisbawahi juga bahwa kondisi-kondisi di atas mungkin saja dapat dilakukan prosedur scaling dengan USS jika sudah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun