Dewa Wisnu melemparkan cakra kearah Rahu hingga lehernya terputus. Pada saat itu, Rahu tengah meminum air keabadian, namun baru mengalir hingga kerongkongan. Hal inilah yang mengakibatkan, meski terpenggal, kepala Rahu tetap abadi. Akibat dendam, Rahu berusaha memakan matahari dan bulan. Kisah ini menjadi cikal bakal kepercayaan masyarakat jawa mengenai mitos Batara Kala. Makhluk raksasa yang menelan matahari pada saat gerhana matahari.
Orang Dayak Kahariangan mempercayai bahwa banyak makhluk gaib keluar bersamaan dengan gerhana matahari. Mereka memanfaatkan dengan bertapa, mengeluarkan benda-benda pusaka untuk terkena bilasan matahari pada saat gerhana. Dipercaya akan meningkatkan kesaktian. Orang Dayak mempercayai adanya makhluk gaib bernama Ruhi yang menelan matahari pada saat gerhana. Beramai-ramai memukul gong dan lesung agar Ruhi memuntahkan kembali matahari. Tak lupa, mereka menutup kepala dengan wajan untuk menangkal pengaruh buruk.
Ada keyakinan beberapa masyarakat Indonesia, untuk menolak pengaruh buruk gerhana matahari, dilakukan tebar beras kuning di sekitar hunian. Beras kuning tersebut berasal dari beras yang direndam dalam larutan air kunyit. Dalam adat-istiadat nusantara, beras kuning telah populer digunakan seperti dalam Upacara Tepung Tawar (sebagai rasa syukur atas keberhasilan yang telah dicapai), Upacara Tedak Siti ( upacara bagi anak yang baru dilahirkan), pengobatan “kebidaraan” ( menangis tiada henti yang disebabkan oleh makhluk halus), dan saweran pernikahan.
- Yunani Kuno
Merupakan tanda kemarahan Tuhan dan akan terjadi bencana
- India
Beberapa orang menolak untuk makan pada waktu selama gerhana matahari. Adanya kepercayaan bahwa makanan yang telah dihidangkan pada saat gerhana, telah terpapar racun.
- Tiongkok
Gerhana matahari terjadi oleh seekor naga yang melahap habis matahari. Untuk mengusir naga tersebut, dibuat kebisingan dengan memukul kentongan, menyalakan petasan dan meniup terompet.
- Bangka
Hidup seorang raksasa bernama Rau di Pulau Bangka. Ia ingin mempersunting salah satu Dewi Kahyangan. Namun ditolak. Rau tidak terima dan berusaha tetap memaksa. Dewa Surya ( Matahari ) dan Dewa Candra (Bulan) mengadukan perbuatan Rau kepada Dewa Wisnu.