Pancasila, sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, merupakan pedoman yang seharusnya tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk generasi muda. Namun, dalam realitas saat ini, keberanian anak muda dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila cenderung menurun. Banyak faktor yang menyebabkan fenomena ini, mulai dari pengaruh globalisasi, perkembangan teknologi, hingga lemahnya pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan dan kehidupan sosial.
Salah satu faktor utama adalah pengaruh globalisasi dan arus informasi yang begitu deras. Generasi muda saat ini lebih mudah mengakses budaya luar melalui media sosial, yang sering kali mendominasi pikiran dan perilaku mereka. Akibatnya, nilai-nilai kebangsaan, termasuk Pancasila, sering terpinggirkan oleh gaya hidup dan pemikiran yang lebih individualistik dan hedonistik. Misalnya, sila ketiga, Persatuan Indonesia, sering kali terabaikan ketika sikap intoleransi atau konflik antar kelompok muncul di tengah masyarakat.
Selain itu, lemahnya pendidikan karakter berbasis Pancasila juga turut berkontribusi. Meski Pancasila diajarkan di sekolah-sekolah, pengajarannya sering kali bersifat teoretis dan tidak aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Banyak anak muda memahami Pancasila sebatas hafalan, tanpa menginternalisasikan nilai-nilainya dalam tindakan. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya, seharusnya mengajarkan toleransi antar umat beragama, namun masih banyak anak muda yang terjebak dalam fanatisme atau diskriminasi berbasis agama.
Faktor lain adalah kurangnya keteladanan dari pemimpin dan tokoh masyarakat. Generasi muda membutuhkan contoh nyata dalam penerapan Pancasila, bukan sekadar ceramah moral. Ketika mereka melihat perilaku para pemimpin yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, rasa skeptis dan apatisme terhadap ideologi negara pun tumbuh. Hal ini membuat mereka ragu untuk mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah strategis dari berbagai pihak. Pendidikan Pancasila harus dibarengi dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan relevan dengan tantangan zaman. Penguatan pendidikan karakter dan moral berbasis Pancasila juga harus ditingkatkan, baik di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal. Selain itu, penting bagi para pemimpin dan tokoh masyarakat untuk memberikan keteladanan yang baik dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Kesimpulannya, kurangnya keberanian anak muda dalam menerapkan Pancasila bukanlah masalah yang muncul secara tiba-tiba. Ini merupakan hasil dari berbagai pengaruh eksternal dan internal yang kompleks. Namun, dengan komitmen bersama untuk membangun kesadaran dan keberanian dalam mengamalkan Pancasila, generasi muda Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H