Mohon tunggu...
Varissa EkaApriani
Varissa EkaApriani Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa program studi ekonomi pembangunan universitas bengkulu

Membaca, organisation is number 1

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

11 Desember 2023   13:34 Diperbarui: 11 Desember 2023   13:38 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perekonomian dunia pascapandemi sepertinya masih harus menapaki jalan terjal nan berbatu. Proyeksi dari berbagai lembaga ekonomi dan keuangan dunia, seperti Bank Dunia, Dana Moneter International (IMF), dan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sepakat memangkas pertumbuhan ekonomi global 2023.

Bahkan, dalam jangka menengah, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih tetap terbuka.

Sejumlah faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global itu, seperti inflasi inti yang masih relatif tinggi, suku bunga yang tinggi, beban utang yang tinggi, perdagangan dan investasi global yang melambat imbas fragmentasi geopolitik yang meningkat, dan populasi yang cenderung menua.

1. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Global: Proyeksi lembaga ekonomi dunia, termasuk Bank Dunia, IMF, dan OECD, memotong pertumbuhan ekonomi global 2023. Faktor seperti inflasi tinggi, suku bunga tinggi, beban utang, perdagangan global melambat, dan populasi menua turut berkontribusi.

2. China Mengalami Perlambatan: China, sebagai kekuatan ekonomi kedua di dunia, mengalami perlambatan konsumsi dan investasi meski aktivitas ekonomi direlaksasi.

3. Dampak pada Indonesia: Melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas mempengaruhi Indonesia, terutama sektor ekspor. Surplus neraca perdagangan turun, dampak PHK di sektor tekstil, dan penurunan penerimaan pajak memperumit situasi.

4. Stimulasi Daya Beli: Fokus pertumbuhan ekonomi pada konsumsi rumah tangga dengan mengstimulasi daya beli masyarakat melalui kebijakan fiskal dan moneternya.

5. Kebijakan Moneter dan Fiskal: Tingginya inflasi di negara maju membatasi kebijakan relaksasi moneter. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga dan mengandalkan ekspansi fiskal dengan mencatat surplus APBN.

6. Alokasi Belanja Fiskal: Alokasi belanja fiskal diarahkan pada sektor infrastruktur dan UMKM untuk menciptakan lapangan kerja. Perlindungan sosial diperbesar untuk mendukung masyarakat berpenghasilan rendah.

7. Kontrol Inflasi: Meski tren inflasi menurun, kontrol inflasi harus diperkuat, terutama terhadap harga bahan pangan yang masih naik. Hal ini penting untuk menjaga daya beli masyarakat.

8. Tantangan Pengeluaran Masyarakat: Kenaikan harga bahan pangan dapat mengurangi alokasi pengeluaran untuk nonmakanan, seperti barang tahan lama dan kegiatan rekreasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun