Mohon tunggu...
Varhan AZ
Varhan AZ Mohon Tunggu... Auditor - Penyemangat

Beneficial #ActivistPreneur

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kemenangan Bangsa Indonesia

19 Juni 2017   11:48 Diperbarui: 19 Juni 2017   21:35 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia berbangga, satu gelar bergengsi di persembahkan Owi - Butet sebagai parcel lebaran bagi negeri tercinta. "Olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Olahraga memiliki kekuatan untuk menginspirasi, dia memiliki kekuatan untuk menyatukan bangsa dengan cara yang tidak bisa dilakukan yang lain." (Nelson Mandela).

Rakyat Indonesia semalam dapat menegakan kepalanya, berdiri sama tinggi dengan bangsa lainya di dunia. Tersenyum penuh haru, semua karena rasa cinta tiada batas dalam dukungan untuk kemenangan Indonesia. Sekilas mereka lupa dengan masalah dalam hidupnya . Semua karena satu kebanggaan sebagai triger motivasi jiwa.

Negeri ini punya ratusan juta rakyat yang mencintai tanah airnya, Tempat mereka lahir, besar, hidup, tumbuh dan berkembang. Jangan ragukan betapa mereka siap untuk hidup dan mati di negeri ini. Namun mereka memerlukan sebuah jawaban, mengapa mereka akan tetap mencintai negeri ini? Dan semalam, satu lagi pembuktian dijawab oleh dua manusia wakil  Indonesia di mata dunia.

Tantowi -- Liliana .Mereka yang menjadi simbol kemajemukan bangsa. Rupa beda, warna kulit tidak sama, sukunya, lahirnya, asalnya, sama sekali berberda. Tapi mereka satu di lapangan, menjadi petarung yang mempertaruhkan semua untuk garuda. Mengapa orang Jakarta yang lebih serupa dengan melayu Malaysia, merasa lebih dekat dengan orang papua yang beda agamanya?  Jawabanya, karena Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semalam , mereka satu -- satunya pejuang Indonesia yang tersisa, dan mereka sadar, menang menjadi kata wajib yang tidak bisa ditawar. Beruntung mereka menang, pujian berdatangan, semua menyorot mereka, mengelukan namanya. Bayangkan bila terjadi kebalikan. Mungkin kita akan menyaksikan serangan -- serangan tajam , kaum negativism. "Hargai dia yg membencimu, karena dia adalah penggemar yg telah menghabiskan waktunya hanya tuk melihat setiap kesalahanmu." (BJ Habibie). Dan semalam, kaum itu mungkin sedang kecewa.

Empat tahun paceklik kemenangan di negeri sendiri, diguyur kesegaran juara di tahun ini. Kerja keras tangan dingin PBSI dibawah kepemimpinan hari ini ,  dibayar dengan tepuk tangan dan apresiasi. Ini barulah awal perjalanan, masih banyak turnamen dihadapan untuk dimenangkan. Kemenangan ini tidak boleh menjadikan jumawa, larut dalam euphoria, lalu menjadi boomerang kemudian. "Menang Jangan Angkuh, Kalah Jangan Rubuh" (Sky).

Australian Open didepan mata, Asean Games 2018 menjadi target selanjutnya, dan sedemikian banyak kejuaraan yang dapat diikuti untuk dimenangi Indonesia. Tapi kita tidak bisa menaruh harapan bangsa hanya pada satu dua atlet saja. Regenerasi harus terus berjalan, pelatihan maksimal harus terus dilakukan. Kita ingin Indonesia berjaya di semua kelas yang ada, seperti yang pernah kita raih di masa jaya.

Walt Disney Pernah Berkata, "Aku tidak suka mengulangi kesuksesan, aku lebih suka mencari kesuksesan lainya." Jangan Cepat Puas, Terus berbenah, menuju kesempurnaan. Bersama dalam persatuan, kita raih kesuksesan lainya, untuk kemenangan Bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun