Mohon tunggu...
Vargas Alfredo Henyo
Vargas Alfredo Henyo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

CC 26 'amdg

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Bagaimana AI Mengubah Kehidupan dan Pekerjaan Kita

8 September 2024   03:30 Diperbarui: 8 September 2024   04:09 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
east.vc/kecerdasan buatan di Indonesia situasi saat ini dan peluangnya

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini bukan lagi sekadar konsep futuristik dari film-film sci-fi. Teknologi ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari kita dan membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, dari industri hingga layanan kesehatan, pendidikan, dan hiburan. AI tidak hanya mengubah cara kita hidup, tetapi juga cara kita bekerja dan berinteraksi dengan dunia. 

AI dalam Kehidupan Sehari-hari

Kita sering tidak menyadari betapa seringnya kita berinteraksi dengan AI. Misalnya, ketika kita menggunakan asisten suara seperti Siri atau Google Assistant, AI bekerja untuk memahami dan merespons perintah kita. Menurut laporan dari McKinsey, lebih dari 60% perusahaan besar sekarang menggunakan AI dalam beberapa aspek operasional mereka, termasuk untuk personalisasi layanan pelanggan (McKinsey, 2023).

Di media sosial, AI membantu menentukan konten yang muncul di news feed kita, berdasarkan interaksi sebelumnya. Facebook menggunakan algoritma AI untuk menyesuaikan konten dengan preferensi kita (Facebook AI Research, 2024). Layanan streaming seperti Netflix dan Spotify juga memanfaatkan AI untuk mempelajari kebiasaan menonton dan mendengarkan kita, sehingga bisa memberikan rekomendasi yang sesuai dengan selera kita (Netflix Research, 2023).

AI dalam Dunia Kerja

Di tempat kerja, AI membawa perubahan besar di berbagai industri. Dalam sektor manufaktur, robot yang digerakkan oleh AI sekarang bisa melakukan tugas seperti perakitan dan inspeksi produk dengan sangat akurat. Laporan dari PwC menunjukkan bahwa 45% pekerjaan di sektor manufaktur bisa diotomatisasi menggunakan teknologi AI (PwC, 2023).

Dalam sektor keuangan, AI digunakan untuk menganalisis data besar guna membuat prediksi pasar atau mendeteksi aktivitas mencurigakan. Bank of America menggunakan AI untuk memantau transaksi dan mendeteksi potensi penipuan secara real-time (Bank of America, 2024). Chatbots berbasis AI juga semakin umum digunakan dalam layanan pelanggan, memberikan dukungan 24/7 dan menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat (Gartner, 2024).

Di bidang kesehatan, AI membantu dalam mendiagnosis penyakit dengan lebih cepat dan akurat. Studi dari Stanford University menunjukkan bahwa AI bisa mengidentifikasi kanker payudara dari gambar mamografi dengan akurasi yang sama dengan dokter berpengalaman (Stanford Medicine, 2023). AI juga digunakan dalam pengembangan obat, mempercepat proses penelitian dan pengujian (Nature Reviews Drug Discovery, 2024).

Tantangan dan Etika Penggunaan AI

Meskipun AI membawa banyak manfaat, teknologi ini juga menghadirkan tantangan dan pertanyaan etis. Salah satu kekhawatiran utama adalah dampaknya terhadap pekerjaan. Dengan semakin banyaknya tugas yang diotomatisasi, ada kekhawatiran bahwa AI bisa menggantikan pekerjaan manusia. Andrew Ng, seorang ahli AI terkenal, mengatakan, "AI akan menggantikan pekerjaan rutin tetapi juga akan menciptakan pekerjaan baru yang belum ada saat ini" (Ng, 2024).

Masalah privasi juga menjadi isu penting. AI yang mengandalkan data besar sering kali mengumpulkan dan menganalisis informasi pribadi kita. Menurut Electronic Frontier Foundation, ada kekhawatiran tentang bagaimana data ini digunakan dan dilindungi, serta siapa yang memiliki akses terhadapnya (EFF, 2024).

Bias dalam AI juga merupakan masalah signifikan. AI dilatih dengan data dari dunia nyata yang bisa mengandung bias. Ini dapat berdampak negatif, misalnya dalam proses rekrutmen atau penegakan hukum, di mana AI mungkin membuat keputusan yang tidak adil. Joy Buolamwini, pendiri Algorithmic Justice League, menyatakan bahwa "Bias dalam algoritma dapat memperkuat ketidakadilan yang sudah ada di masyarakat" (Buolamwini, 2024).

Masa Depan AI

Di masa depan, AI diperkirakan akan terus berkembang dan semakin canggih. Teknologi ini akan semakin terintegrasi dalam berbagai aspek kehidupan kita, dari kendaraan otonom hingga rumah pintar yang menyesuaikan suhu atau pencahayaan sesuai dengan preferensi kita.

Namun, seiring dengan kemajuan ini, penting bagi kita untuk terus mengawasi dan mengelola penggunaan AI dengan bijaksana. Regulasi yang tepat, pendidikan yang berkelanjutan, dan diskusi etis yang mendalam akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.

AI adalah alat yang sangat kuat, dan seperti semua alat, bagaimana kita menggunakannya akan menentukan apakah ia akan membawa manfaat besar atau menimbulkan tantangan. Dengan pendekatan yang tepat, AI memiliki potensi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan lebih efisien, baik dalam skala besar maupun dalam kehidupan sehari-hari kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun