Mohon tunggu...
Azzahra Varellia L.A.R
Azzahra Varellia L.A.R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammdiyah Jakarta

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tantangan dalam Penerapan Program Makan Siang Gratis : Dari Anggaran, Logistik Hingga Kualitas Makanan

14 Januari 2025   00:21 Diperbarui: 14 Januari 2025   00:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto makanan program makan siang gratis.

Makan siang  gratis merupakan salah satu program unggulan  Presiden Prabowo saat memulai kampanye kepresidenannya pada tahun 2024 lalu. Program tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan penghidupan layak bagi masyarakat setempat dan meningkatkan status gizi anak-anak Indonesia. Program ini akan dilaksanakan secara bertahap, dengan jumlah penerima manfaat diharapkan mencapai 82,9 juta  pada tahun 2029. APBN 2025 mengalokasikan Rp 71 triliun pada tahun pertama.

Pada tahap awal, pemerintah akan menyediakan makanan bergizi gratis untuk anak sekolah, anak di bawah usia 5 tahun, bayi di bawah usia 5 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui  di 190 lokasi di 26 provinsi di Indonesia. Program ini telah dimulai. Menurut Badan Gizi Nasional (BGN), 190 Dapur Unit Pelayanan Tambahan Pangan dan Gizi (SPPG) atau  MBG akan beroperasi. Kuliner ini terdapat di daerah Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Provinsi Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,  Daerah Istimewa Yogyakarta, dan tersebar di 26 Provinsi di Nusa Tenggara Timur. Tenggara. Papua Barat dan Papua Selatan.

Pada awal Januari 2025 lalu, program ini resmi diberlakukkan, bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak di Indonesia. Meskipun memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan dan pendidikan. Penerapan program ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai tantangan muncul, mulai dari masalah anggaran yang terbatas, logistik dalam distribusi makanan hingga kualitas makanan yang disajikan.

Anggaran yang Terbatas

Salah satu tantangan terbesar dalam melaksanakan program makan siang gratis adalah masalah anggaran. Banyak pemerintah daerah menghadapi kendala keterbatasan anggaran yang menyulitkan alokasi anggaran yang cukup untuk menyediakan makanan berkualitas bagi siswa. Seringkali anggaran yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang, sehingga makanan yang disediakan kurang bervariasi dan tidak memenuhi standar kesehatan. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan anak-anak, yang membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Selain itu, permasalahan anggaran yang terbatas ini menimbulkan permasalahan baru yaitu terdapat oknum sekolah yang melakukan pungutan liar untuk program makan siang gratis dengan berbagai macam alasan, contohnya seperti untuk membeli wadah makanan. Jumlah pungutan liar yang terjadi juga cukup bervariatif mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. 

Logistik Yang Rumit

Selain masalah anggaran, logistik juga menjadi tantangan besar dalam pelaksanaan program ini. Penyediaan makanan tidak hanya memerlukan perencanaan yang matang, tetapi juga koordinasi yang baik antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga penyedia makanan. Proses pengadaan bahan makanan, penyimpanan, hingga distribusi ke sekolah-sekolah harus dilakukan dengan efisien agar makanan sampai dalam kondisi baik dan aman untuk dikonsumsi. Keterlambatan dalam pengiriman atau masalah dalam penyimpanan dapat menyebabkan makanan menjadi tidak layak konsumsi, yang pada akhirnya merugikan siswa yang seharusnya mendapatkan manfaat dari program ini.

Kualitas Makanan yang Dipertanyakan

Kualitas makanan yang disediakan juga menjadi sorotan penting dari makan siang gratis. Makanan yang diberikan tidak hanya harus cukup jumlahnya tetapi juga memiliki standar gizi yang baik. Sayangnya, makanannya seringkali monoton dan kurang diminati anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak kehilangan minat untuk mengonsumsi makanan yang disediakan, sehingga tujuan utama program  untuk meningkatkan gizi anak-anak menjadi sia-sia. Karena, ditemukan beberapa kasus siswa yang tidak menghabiskan makanannya dengan alasan rasanya tidak enak, menu yang kurang menarik, atau kualitas makanan yang kurang layak dikonsumsi Oleh karena itu, penting untuk melibatkan ahli gizi dalam perencanaan menu untuk menghasilkan variasi yang menarik dan bergizi.

Program Makan Siang Gratis Prabowo memiliki potensi untuk memberikan dampak positif bagi kesehatan dan pendidikan anak-anak di Indonesia. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya perhatian serius terhadap tantangan anggaran, logistik, dan kualitas makanan. Upaya kolaboratif dari semua pihak terkait sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini. Dengan perencanaan yang matang dan komitmen yang kuat, program ini dapat berjalan dengan sukses dan memberikan manfaat yang nyata bagi generasi penerus bangsa. Mari kita dukung upaya ini agar anak-anak Indonesia mendapatkan hak mereka untuk mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi di sekolah.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun