Mohon tunggu...
vanyslvntii
vanyslvntii Mohon Tunggu... Freelancer - penulis pemula pencari perhatian (4p)

kamu tahu bintang? akulah serpihan-serpihan di sekelilingnya.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Book Review "Merayakan Kehilangan" by Brian Khrisna

26 November 2019   15:29 Diperbarui: 13 April 2021   19:38 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Review buku Merayakan Kehilangan karya Brian Khrisna (Sumber : gramedia.com)

Struggle in forgetting despair.

Yap, for me kalimat di atas kurang lebih dapat menggambarkan the whole story of this book. Terkait dengan judul "Merayakan Kehilangan" seperti ada optimisme yang terselip di sana; mengajak semua yang terluka untuk memestakan keluputan mereka, untuk bersulang dan memaknai satu bab tak terpisahkan dari kehidupan.

Hal yang menonjol dari buku ini adalah pemilihan kata-kata sihir melankolis by Brian Khrisna, bahkan sudah dimulai dari cover buku ini. Secara tersirat, Cover-nya sudah membawa nuansa sendu dengan warna background putih dan bumbu tulisan serta gambar berwarna hitam. 

Cukup klasik sebenarnya; font standard dan gambar sederhana seorang pria yang duduk dibawah pohon menatap langit dengan perasaan lara namun harus rela. Namun satu hal yang sepatutnya mampu menyihir pembaca lewat cover buku ini, yaitu sebait quotes pahit yang menarik.

"Kau adalah apa yang Selalu aku Tulis

Aku adalah apa yang Selalu kau Lewatkan"

Quite melancholic. Hingga masuk preface (atau dibuku ditulis Pengantar Sajak-ku) masih kental nuansa lara yang menggambarkan buku. Entahlah, aku yang terlalu berlebihan menilai buku ini atau memang buku ini memaksudkan hal demikian. But, overall buku ini memang melankolis haha.

So, let's dive into a book. Buku ini menceritakan tentang sosok Aku yang berjuang untuk move on dari seorang Kamu yang sesunggahnya tidak dijelaskan secara detail statusnya. Sang Aku tergambar mati-matian mematikan rasanya terhadap Kamu dapat jelas terlihat dalam buku ini. beberapa contohnya:

"Aku menaruhmu terlalu dalam di hati. Sehingga untuk menghapusmu, aku seperti meyakiti diri sendiri"

"yang hingga kini sering mengganjal di pikiranku adalah kenyataan bahwa dibahagiamu sekarang ternyata sudah tidak ada aku. Padahal saat ini kamu masih menjadi alasan utama hilangnya bahagiaku"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun