2. Campurkan molase atau gula merah sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.
3. Tambahkan air secukupnya untuk membantu proses fermentasi.
4. Masukkan EM4 yang berfungsi mempercepat proses penguraian limbah organik.
5. Diamkan campuran tersebut selama beberapa minggu hingga proses fermentasi selesai.
Pupuk yang dihasilkan dari proses ini kemudian akan digunakan oleh ibu-ibu KWT di kebun-kebun mereka.
Dampak Positif
Selain ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik ini memiliki dampak ekonomi yang positif. Dengan memanfaatkan limbah sayur, warga dapat mengurangi pengeluaran untuk membeli pupuk kimia. Pupuk organik juga memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan jangka panjang, dan menghasilkan tanaman yang lebih sehat.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru kepada ibu-ibu KWT, tetapi juga mengajak mereka untuk terlibat aktif dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Dengan adanya program ini, diharapkan penggunaan pupuk kimia di Dusun Banyunganti Kidul dapat berkurang secara signifikan, dan pertanian organik menjadi pilihan utama dalam jangka panjang.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN 114 Kelompok 20 UIN Sunan Kalijaga berharap bisa memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan pertanian yang lebih berkelanjutan di tingkat pedesaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H