Analis mengatakan keputusan pemerintah India untuk melarang ekspor gandum membuat petani dan pedagang kehilangan kesempatan untuk menghasilkan uang di pasar global.
Larangan ekspor gandum India menghalangi para petani dan pedagang di negara itu untuk memperoleh keuntungan dari penjualan gandum di pasar dunia, yang saat ini menghadapi kekurangan pangan yang parah akibat perang Rusia di Ukraina, kata para analis.
India memproduksi sekitar 107,9 juta ton gabah pada 2020-2021, kedua setelah China dengan 134,3 juta ton. Rusia di tempat ketiga dengan 85,4 juta ton.
Ketika pemerintah mengumumkan rencana untuk mengekspor 10 juta ton gandum dari 2022 hingga 2023, termasuk pembeli potensial dari Aljazair, Mesir, Indonesia, Lebanon, Maroko, Filipina, Thailand, Tunisia, Turki, dan Vietnam, harapan petani meningkat ketika pemerintah mengumumkan pemberitaan tersebut.
Namun dua hari kemudian, departemen kementerian perdagangan dan Industri membuat perubahan dengan mengeluarkan pemberitahuan pembatasan ekspor gandum, kecuali melalui saluran pemerintah atau negara dan di mana pedagang swasta telah menyelesaikan kontrak ekspor.
"Saluran perdagangan mencari pemasok yang dapat diandalkan untuk alasan yang baik dan karena itu kredibilitas India akan terpukul, akibatnya ekspor di masa depan dapat terpengaruh" Pernyataan Biswajit Dhar, Pusat Studi WTO.
"Meningkatkan harapan untuk memperbaiki kekurangan pasokan global dan kemudian melacak kembali menciptakan masalah nyata," kata Biswajit Dhar, profesor dan kepala Pusat studi WTO, New Delhi. "Saluran perdagangan mencari pemasok yang dapat diandalkan untuk alasan yang baik dan karena itu kredibilitas India akan terpukul sebagai akibatnya ekspor di masa depan dapat terpengaruh."
Pada saat konferensi pers tanggal 14 Mei, Sekretaris Perdagangan B.V.R. Subrahmanyam menjelaskan, pembatasan ekspor akan membantu ketahanan pangan dalam negeri dan negara tetangga dan rentan. Afghanistan, Bangladesh dan Sri Lanka termasuk di antara negara-negara tetangga yang bisa menerima gandum dari India.
Subrahmanyam mengatakan pembatasan dapat dicabut "jika pasokan dan permintaan global sama dan setelah pendinginan (harga) terjadi".
Larangan ekspor gandum India menuai kritik dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dengan menteri pangan dan pertanian Jerman Cem zdemir mengatakan pada konferensi pers di Stuttgart pada 20 Mei bahwa "jika negara-negara mulai memberlakukan pembatasan ekspor, itu hanya dapat memperburuk kekurangan".