Mohon tunggu...
Ersamaura Vanya Azzahra
Ersamaura Vanya Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Globalisai dan Impak Sosiobudaya: Fenomena Anak Dibebaskan Bermain HP

9 Juni 2024   01:07 Diperbarui: 9 Juni 2024   01:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/384846730669880688/

Globalisasi, sebagai fenomena kompleks yang telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah dampaknya terhadap bidang sosiobudaya. Dalam konteks ini, kita dapat melihat bagaimana teknologi, terutama telepon pintar (HP), telah menjadi salah satu simbol paling mencolok dari globalisasi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pada anak-anak.

Fenomena ini mencerminkan perubahan mendasar dalam pola asuh dan interaksi sosial. Dulu, mungkin terdapat norma yang kuat tentang batasan waktu dan jenis aktivitas yang cocok bagi anak-anak. Namun, dengan penetrasi teknologi yang semakin dalam, norma tersebut mulai terkikis. Sehingga, anak-anak yang biasanya diharapkan bermain di luar rumah kini lebih sering terlihat fokus kepada layar HP mereka.

Pentingnya budaya digital dalam kehidupan sehari-hari anak-anak tidak dapat dipungkiri. Mereka dibesarkan dalam era di mana akses ke informasi dan hiburan begitu mudah, dengan segala jenis permainan, aplikasi pendidikan, dan konten multimedia yang tersedia. Namun, di balik kemudahan ini terdapat dampak  terhadap perkembangan sosial dan budaya mereka. Perlunya mempertimbangkan dampaknya terhadap interaksi sosial.

Sebagai manusia, interaksi langsung dengan sesama memiliki peran penting dalam membentuk keterampilan sosial, empati, dan pemahaman tentang dinamika hubungan manusia. Namun, dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di depan layar HP, anak-anak mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan ini secara optimal. Interaksi melalui media sosial atau aplikasi pesan instan mungkin tidak memberikan pengalaman yang sama dengan interaksi tatap muka, dan hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam memahami ekspresi emosi dan nuansa komunikasi non-verbal.

Selain itu, penggunaan HP yang berlebihan juga dapat membentuk pola perilaku dan kebiasaan yang tidak sehat. Selain itu, ketergantungan pada teknologi juga dapat menyebabkan isolasi sosial, di mana anak-anak mungkin lebih memilih untuk terlibat dalam aktivitas digital daripada berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata.

Saya teringat akan masa kecil saya yang penuh dengan aktivitas di luar rumah, seperti bermain masak-masakan dengan teman, bersepeda, dan menjelajahi lingkungan sekitar. Interaksi sosial yang terjadi secara langsung memberikan pengalaman berharga dalam membangun keterampilan sosial, empati, dan kerjasama. Misalnya, saat bersepeda dengan teman-teman, kami seringkali menemukan tempat-tempat baru yang menumbuhkan rasa ingin tahu dan petualangan dalam diri kami. Semua aktivitas ini bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga membentuk karakter dan nilai-nilai sosial yang penting.

Akan tetapi, ketika saya melihat anak-anak zaman sekarang, saya melihat perubahan yang drastis. Mereka lebih sering terlihat dengan HP di tangan, tenggelam dalam dunia digital yang penuh dengan game dan konten multimedia. Mereka tidak lagi bermain di luar rumah seperti yang kami lakukan dulu. Bahkan, ketika ada kesempatan untuk bermain bersama teman-teman, seringkali mereka lebih memilih untuk bermain game online bersama daripada berinteraksi secara langsung.

Pengalaman ini memunculkan refleksi emosional. Di satu sisi, saya memahami bahwa teknologi menawarkan berbagai manfaat, seperti akses informasi yang cepat, pendidikan interaktif, dan hiburan yang tak terbatas. Anak-anak sekarang bisa belajar banyak hal hanya dengan ketukan jari. Namun, saya merasa khawatir tentang dampak jangka panjangnya terhadap perkembangan sosial dan emosional anak-anak.  Ketergantungan pada HP bisa mengurangi kemampuan mereka untuk berkomunikasi secara langsung, anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu dengan HP mungkin akan kesulitan dalam keterampilan sosial yang penting dalam kehidupan nyata.

Refleksi ini mengingatkan kita pada tanggung jawab bersama untuk membimbing anak-anak dalam menggunakan teknologi dengan bijak. Kita perlu menciptakan keseimbangan antara manfaat teknologi dan kebutuhan mereka untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Kita bisa mengajarkan mereka tentang batasan dalam penggunaan HP, pentingnya waktu berkualitas bersama keluarga, dan nilai-nilai sosial yang harus mereka miliki. Oleh karena itu,  kita dapat menciptakan keseimbangan antara manfaat teknologi dengan kebutuhan akan interaksi langsung dan aktivitas fisik, sehingga membantu anak-anak menjadi individu yang seimbang, berempati, dan berdaya dalam kehidupan sehari-hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun