Hai readers, siapa yang sudah menonton film Bucin? Buat kalian yang belum menonton, bisa diakses melalui media platform Netflix.
Bucin adalah film yang menceritakan 4 sahabat, yang diantaranya 3 orang yang bucin dengan pasangan masing-masing. Tahap bucin ini membuat 3 lelaki menjalani sebuah hubungan yang toxic akibat terlalu patuh dah tunduk dengan pasangannya.
Kali ini penulis ingin membahas sebuah salah satu adegan di mana Jovi sangat menurut dengan pasangannya. Segala aktivitasnya harus memberikan kabar kepada pasangan, dan ketika pasangan pulang kerja harus dijemput.
Dari situlah penulis belajar dari film Bucin agar kita tidak terus menerus menyia-nyiakan waktu. Waktu adalah sesuatu yang berharga, yang tidak dapat diputar kembali ataupun dibeli dengan uang.
Si penulis yang dulu itu selalu memprioritaskan pasangan, sehingga tidak ada waktu untuk memprioritaskan diri sendiri. Bahkan sekedar untuk meluang waktu melakukan perawatan diri juga tidak.
Namun penulis sadar bahwa itu tidak dapat diputar kembali, yang  bisa kita lakukan yaitu terus maju menatap masa depan. Jelas pasti untuk belajar menghargai waktu untuk diri sendiri, dan mantab dalam membuat keputusan.
Pengalaman penulis di atas, merupakan paradigma dari empiris, di mana pengetahuan yang diperoleh merupakan pengalaman yang dialami.
Fakta yang terjadi di lapangan merupakan dasar dari paradigma empirisme. Tentu saja paradigma empirisme dalam setiap orang berbeda-beda, karena antar individu sudah pasti memiliki pengalaman berbeda.
Pengalaman itulah yang membentuk sebuah persepsi dalam otak lalu disimpan ke dalam memori. Sehingga pada momen tertentu ketika kita melihat atau mendapat sebuah cerita yang mirip dengan apa yang kita rasakan, memori itu akan keluar dan dari situlah akan muncul sebuah diskusi.
Namun kembali lagi ke masing-masing individu dan bagaimana setiap individu dalam memproses pengalaman itu dalam membentuk persepsi.