YOGYAKARTA - Dalam rangka penerimaan anggota baru, Senin (2 Oktober 2023), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat STPMDD 'APMD' Yogyakarta menggelar diskusi dengan tema 'Organisasi dan Ke-GMNI-an' yang berlangsung di halaman kampus Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) 'APMD' Yogyakarta. Diskusi ini dipantik oleh Bung James Roberto dan Bung Arif Sorido serta dipandu Sarinah Grace Waruwu selaku moderator.Â
Bung James menekankan pentingnya organisasi bagi kehidupan mahasiswa. Menurutnya, terdapat beberapa manfaat organisasi bagi mahasiswa yaitu dapat meningkatkan kemampuan intelektual, melatih keterampilan public speaking, membangun relasi sosial yang baik serta melatih sikap leadhersip (kepemimpinan).
"Menjadi mahasiswa itu bukan hanya mengejar IPK tinggi, yang hanya belajar di kelas, lalu pulang ke kos dan ke kampus lagi keesokan harinya begitu terus selanjutnya, melainkan juga harus berorganisasi karena dalam berorganisasi teman-teman dilatih untuk bertanggung jawab, disiplin, mampu memanajemen waktu dan belajar membuat keputusan juga memecahkan masalah berdasarkan kesepakatan bersama", katanya.Â
Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa kebanyakan mereka yang menjadi pemimpin saat ini pasti ketika masih menjadi mahasiswa mereka mengikuti dan aktif dalam organisasi baik itu organisasi dalam kampus pun organisasi di luar kampus. "Kampus kita memiliki tagline:Â Sekolah Calon Pemimpin Daerah. Karena itu sebelum kembali ke daerah masing-masing dan ingin menjadi pemimpin, kita harus melatih jiwa kepemimpinan dengan berorganisasi mulai dari sekarang. Kebanyakan yang menjadi pemimpin saat ini, dulunya saat menjadi mahasiswa mereka juga ikut organisasi" tambah Bung James.Â
Bung Arif yang menjelaskan tentang ke-GMNI-an mengatakan bahwa GMNI berdiri pada 23 Maret 1954 yang merupakan hasil fusi atau peleburan dari tiga organisasi mahasiswa dengan ideologi yang sama yaitu marhaenisme ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut ialah Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (Jakarta), Gerakan Mahasiswa Merdeka (Surabaya) dan Gerakan Mahasiswa Marhenis (Yogyakarta).Â
Pada kesempatan yang sama, Bung Arif mengatakan bahwa organisasi GMNI merupakan organisasi mahasiswa yang inklusif karena mahasiswa yang bergabung dalam GMNI berasal dari latar belakang suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda. "Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berasal dari banyaknya perbedaan, jadi bukan atas dasar kesamaan agama, daerah dan golongan. Akan tetapi, kita mengikuti ideologi yang sama (Marhaenisme) meskipun kita berasal dari latar belakang yang berbeda-beda", imbuhnya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI