Mohon tunggu...
Sylvania Hutagalung
Sylvania Hutagalung Mohon Tunggu... -

Saya orang yang berfikir sederhana. Tertarik dengan arsitektur, sejarah, cerpen, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pecha Kucha Bandung #19 - Bandung for Nepal

29 Mei 2015   17:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu 23 Mei 2015, bertempat di Labo the Mori, Pecha Kucha dihelat untuk yang ke-19 kalinya. Mengangkat tema ‘Bandung for Nepal’, Pecha Kucha kali ini banyak bercerita tentang komunitas dan bagaimana gerakan-gerakan komunitas memberi kontribusi positif dalam perubahan di dalam masyarakat kita sekarang. Tetap dengan format 20x20, dimana setiap pemapar diberi kesempatan untuk mempresentasikan ide dan karyanya dalam 20 slide selama 20 detik, Pecha Kucha ke-19 ini hadir lebih hangat dan beragam, dengan jangkar Nepal sebagai isu utama.

Para pengisi banyak yang berasal dari nama-nama baru, sebut saja Genie Anggita dengan tema branding dalam desain, Rendi Ega Pradhana dengan gerakan Agritecture-nya, Parahyangan Bamboo Nation dengan cerita Mushola di Cibodas, juga Wilfrid A. Wasa dengan rahasia kopi dari Floresnya. Pemapar yang berasal dari kalangan arsitek komunitas juga sangat padat menyajikan presentasi kegiatan mereka. Sebut saja Anye Meilani yang mewakili UPC (Urban Poor Concorcium) dengan cerita tentang akar rumput, Ivana Lee yang bercerita tentang ASF (Architecture Sans Frontier) Indonesia, dan tentunya Andrea Fitrianto dari CAN (Community Architecture Network) yang menjadi co-host Pecha Kucha kali ini. Namun tetap, cerita-cerita berbau Nepal menjadi pemanis malam itu. Mereka yang berbagi cerita tentang Nepal antara lain; Tarlen Handayani yang menuturkan pengalaman pribadinya menjadi sukarelawan di Nepal, juga Frans Arie Prasetyo dengan cerita tentang Nepal setelah bencana, dan Aditya Karno dengan Instasunda. Pemapar yang terbilang unik adalah Singgih S. Kartono dan Andar Bagus Suwarno yang masing-masing bercerita tentang produk dari bambu, yaitu Spedagi atau sepeda bambu dan biola bambu.

Pecha Kucha, seperti namanya, adalah wadah dimana para insan kreatif berkumpul dan saling berbagi ide dengan format 20x20. Slide presentasi yang berjalan cepat, ide yang dikemas padat namun ringkas, juga penonton yang antusias, menjadi penarik tersendiri bagi pengunjung setia Pecha Kucha dimana saja. Khusus Pecha Kucha di Bandung kali ini, Labo, sebagai pemegang lisensi Pecha Kucha Bandung, menyambut proposal dari CAN (Community Architect Network) sebagai co-host untuk menggalang dana membantu para korban bencan gempa yang mengguncang Nepal bulan lalu. CAN sendiri memang banyak terlibat dalam aksi-aksi rekonstruksi pasca bencana di regional ASEAN. CAN adalah sebuah program dari Asian Coalition for Housing Right (ACHR) yang merupakan sebuah organisasi nirlaba yang berdiri sejak tahun 1988.

Menurut Deddy Wahjudi, sebagai ketua pelaksana, dana yang terkumpul malam ini sepenuhnya akan disalurkan untuk korban di Nepal melalui CAN.Bagi beliau, kegiatan kreatif seharus tidak saja berdampak bagi masyarakat secara ekonomi, namun lebih luas, juga harus bisa memberi imbas bagi kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun