Mohon tunggu...
Vania Wynne
Vania Wynne Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Menurut Psikologi..." Psikologi yang Mana?

21 Juni 2023   22:42 Diperbarui: 21 Juni 2023   22:52 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada era modern ini, informasi mudah didapat dari mana saja, bukan hanya koran dan majalah melainkan situs website, media sosial, dan berbagai situs lainnya yang dapat dijangkau melalui internet. Dari banyaknya akses yang dapat kita gunakan untuk memperoleh informasi, tidak jarang informasi atau konten yang kita temui merupakan fakta. Namun, seringkali kita menjumpai tanggapan-tanggapan orang lain yang membenarkan konten tersebut tanpa mengetahui terlebih dahulu apakah informasi yang diberikan merupakan fakta atau justru hoax? 

Salah satu konten yang marak disukai netizen ialah konten edukasi mengenai fakta-fakta di media sosial. Hal ini bukan menjadi masalah jika isi konten tersebut memang fakta, akan tetapi banyak ditemui konten kreator melabeli bahwa isi konten mereka fakta berdasarkan salah satu sumber misalnya psikologi. Padahal sumber yang mereka cantumkan tidak kredibel dan tidak bisa digunakan sebagai generalisasi kepada semua orang. Hal ini akan berbahaya karena bisa misleading antara ilmu psikologi dan juga pola berpikir masyarakat. Kita tentu tidak asing dengan konten "Menurut psikologi, ..." atau "Fakta psikologi tentang... "

Konten-konten yang mengatasnamakan psikologi cenderung tidak mencantumkan sumber ilmiah atas isi kontennya serta memberikan penilaian terhadap suatu hal. Hal ini tentu berbahaya jika netizen mudah mempercayai isi konten tersebut. Seseorang dapat dengan mudah menilai orang lain berdasarkan konten yang ia baca meskipun penilaian tersebut belum tentu benar. Jika hal kecil ini dilakukan oleh banyak orang, akan muncul stigma bahkan stereotype. Stereotype merupakan shared generalization atas suatu kelompok sosial dan berbahaya apabila berlanjut menjadi prasangka dan diskriminasi. 

Untuk menghindari hal-hal buruk dari konten-konten yang ada di internet terutama konten yang mengatasnamakan psikologi, kita sebagai netizen yang bijak dapat melakukan hal sebagai berikut : 

  1. Baca Konten Secara Utuh

Kita harus membaca setiap konten yang diunggah secara utuh. Terkadang konten hanya menggunakan judul clickbait tetapi isi kontennya tidak sesuai bahkan cenderung hoax. Dengan membaca keseluruhan konten, kita dapat memahami maksud isi konten dan tidak salah mengartikan isi konten tersebut.

  1. Tidak Langsung Percaya

Dengan banyaknya konten yang menyuguhkan fakta-fakta psikologi, jangan mudah percaya dengan hal tersebut. Manusia adalah makhluk yang kompleks, dinamis, dan unik. Sehingga tidak mudah untuk menggeneralisasi setiap orang. Bahkan jika kita menggeneralisasi hanya berdasarkan konten di internet yang tidak mencantumkan sumber ilmiah. Jangan langsung percaya terhadap isi konten tersebut.

  1. Periksa Fakta 

Selalu periksa kebenaran dari isi konten yang mengatasnamakan psikologi. Kita dapat mengecek melalui platform lain, atau semudah mencari poin konten tersebut di google. Akan banyak konten lain yang disajikan dengan arti yang berbeda-beda. Dengan demikian, kita dapat melihat isi konten tersebut dalam konteks apa dan fakta sebenarnya seperti apa.

  1. Beri Komentar Tentang Fakta Sebenarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun