Mohon tunggu...
Vania Margaretha
Vania Margaretha Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Fase Phallic dalam Psikoseksual Manusia Menurut Frued

1 April 2015   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:40 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Phallic merupakan fase ketiga dari perkembangan psikoseksual manusia menurut Frued. Nah, pada fase phallic kisaran usianya adalah 4-6 tahun dimana fase phallic ini sering disebut sebagai fase untuk mengenali identitas diri atau yang lebih jelasnya mengenali identitas kelamin.

Dalam fase phallic muncullah inses yaitu berhubungan dengan orang yang sedarah. Kemudian yang objek atau hasrat sek mereka ialah ayah atau ibu mereka dan yang menjadi area erotisnya ialah alat kelamin. Karena itu, pada fase phallic ini muncul kecenderungan anak mencintai orang tuanya dan menginginkan untuk dapat memiliki orang yang dicintainya dengan sepenuhnya yakni jika anak itu laki-laki maka ia akan cenderung untuk mencintai ibunya dan sebaliknya untuk perempuan ia akan memiliki kecenderungan untuk mencintai ayahnya.

Oedipus Complex yakni sebutan bagi anak laki-laki yang mencintai ibunya dimana dalam proses ini seorang anak laki-laki berusaha mendapat perhatian yang lebih dari ibu, tetapi ia sadar bahwa ada ayah menjadi saingannya untuk mendapatkan perhatian sang ibu. Sehingga, dari situ muncullah rasa cemburu kepada sang ayah yang memunculkan pemikiran bahwa sang anak harus bisa menjadi seperti ayahnya (menirukan sang ayah). Namun pada kenyataannya ayah merupakan otoritas dalam keluarga sehingga ia mulai tersadar bahwa ia akan di hukum jika ia berbuat salah (mencintai ibunya), maka muncullah rasa takut yang kemudian membuat dia mempertimbangkan kembali tindakannya untuk memiliki atau mencintai ibu sepenuhnya.

Dari pertimbangan anak laki-laki tersebut untuk menyaingi (dengan cara meniru) ayahnya dan memiliki ibu serta hukuman yang akan di terimanya jika ia bersikeras untuk mencintai ibunya. Maka, proses pertimbangan ini bisa disebut sebagai proses superego manusia yaitu mempertimbangkan tidakan-tindakanya apakah sesuai dengan norma-norma yang ada atau tidak. Tetapi dalam proses untuk meniru atau menjadi serupa dengan ayahnya ini sang anak akan menemukan identitas dirinya yang sebenarnya yakni dari rasa cemburu yang anak laki-laki tersebut rasakan dapat menimbulkan rasa tau pula akan identitas dirinya. Begitu pula pada proses anak perempuan yang mencintai ayahnya atau yang sering disebut electra complex, hanya yang membedakan adalah pada objeknya yakni anak perempuan yang memilki objek yaitu ayahnya dan anak laki-laki yang menjadikan ibunya sebagai objek atau hasrat sek tersebut.

Jadi, dalam fase phallic ini orang tua memiliki peran besar untuk pembentukan identitas anaknya sehingga Anda calon orang tua ataupun yang telah menjadi orang harus berusaha keras untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak Anda.

Sekian, semoga bermanfaat ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun