Adonan briket kemudian dicetak menggunakan pipa bekas yang telah dipotong menjadi ukuran yang diinginkan, lalu didiamkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari hingga mengeras. Briket yang sudah kering siap digunakan dan dipasarkan.
Kegiatan sosialisasi tersebut telah mendapatkan antusiasme dari para pelaku UMKM jamur tiram, yang sangat bersemangat untuk memperdalam pengetahuan terkait pembuatan baglog dan pemanfaatan limbahnya. Pemanfaatan limbah baglog menjadi briket diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat. Bagi para pembudidaya yang mengolah limbah baglog menjadi briket, mereka dapat memperoleh keuntungan finansial. Sedangkan bagi konsumen, penggunaan briket baglog jamur Tiram Putih akan membantu menghemat pengeluaran untuk kebutuhan bakar rumah tangga. Selain itu, pemanfaatan briket juga akan membantu mengurangi polusi lingkungan di sekitar Desa Gunungsari.
Melalui pemanfaatan potensi budidaya jamur tiram secara optimal dan pengolahan limbah yang bijaksana, diharapkan Desa Gunungsari dapat menjadi contoh sukses dalam pemanfaatan sumber daya lokal yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya akan berdampak positif bagi perekonomian, tetapi juga akan berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Koordinator Desa Kelompok 174, Reza juga berharap dengan adanya inisiatif ini, dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi Desa Gunungsari serta menjadi harapan baru bagi potensi ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan di Desa Gunungsari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H