Mohon tunggu...
VANIA INDAH TRIBUANA
VANIA INDAH TRIBUANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Saya seorang mahasiswa angkatan 2021 dengan konsentrasi pada bidang pertanian di Universitas Brawijaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Potensi Desa Gunungsari: Mahasiswa UB Ubah Limbah Baglog Menjadi Briket

2 Agustus 2023   23:40 Diperbarui: 2 Agustus 2023   23:46 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi potensi Desa Gunungsari, Tajinan, Kab. Malang. Foto: Dokumentasi Pribadi 

Desa Gunungsari, 1 Agustus 2023 - Jamur tiram putih telah menjadi salah satu komoditas budidaya yang menawarkan potensi ekonomi yang sangat menjanjikan. Tingginya permintaan pasar dan kemudahan dalam proses budidayanya membuat budidaya jamur tiram menjadi peluang bisnis yang cerah. Selain rasa lembut dan citarasa mirip daging ayam yang digemari, jamur tiram juga mengandung senyawa antimikroba dan antioksidan yang berharga, seperti yang telah terbukti melalui penelitian sebelumnya (Saskiawan dan Hasanah, 2015).

Dorongan dari tingginya permintaan pasar atas jamur tiram putih telah membuka peluang usaha menarik bagi warga Desa Gunungsari. Setiap harinya, para pembudidaya jamur tiram di desa ini bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tak pernah surut.

Baglog, media pembibitan jamur tiram, yang sebagian besar terbuat dari serbuk kayu berbentuk silinder dengan lubang di ujungnya sebagai tempat keluarnya jamur tiram, menjadi andalan dalam produksi. Pembudidaya juga melengkapi baglog dengan plastik guna menyempurnakan proses pembibitan. Baglog jamur Tiram Putih di desa ini terbuat dari komposisi serbuk gergajian 80 persen, bekatul (dedak padi) 10 persen, serbuk kapur 1,8 persen, gipsum 1,8 persen, dan Thithonia atau bahan hijauan sebanyak 0,4 persen (Sher et al., 2011; Widiwurjani & Guniarti, 2009).

Masa produktif baglog jamur tiram berlangsung sekitar empat bulan, sehingga para pembudidaya harus memproduksi sekitar 250 baglog setiap hari untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi. Pelaku UMKM Jamur Desa Gunungsari, Pak Rofi'i mengatakan setiap panen, 1 kantong baglog mampu menghasilkan 500 gram jamur tiram, bahkan satu kali panen dapat menghasilkan sekitar 40 kilogram jamur tiram.

Namun, kendala muncul terkait pengelolaan limbah baglog. Selama ini, para pembudidaya Jamur Tiram di Desa Gunungsari sering membuang limbah baglog begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan limbah baglog dengan baik dan benar. Limbah baglog yang dibiarkan terlalu lama akan membusuk dan menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar. Kondisi ini dapat menarik hama dan menyebabkan kerusakan pada komoditas pertanian di sekitar desa serta menyebabkan penyebaran penyakit. Selain itu, limbah tersebut juga merusak keindahan alam Desa Gunungsari.

Pengolahan limbah baglog menjadi briket:Proses Pengeringan. Foto: Dokumentasi Pribadi
Pengolahan limbah baglog menjadi briket:Proses Pengeringan. Foto: Dokumentasi Pribadi

Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswa dari Universitas Brawijaya mengambil inisiatif dalam kegiatan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) dengan melakukan sosialisasi dan pendampingan terkait pengolahan limbah baglog secara benar. Salah satu solusinya yang diusulkan adalah dengan mengolah limbah baglog menjadi briket, yang dapat berfungsi sebagai sumber energi alternatif yang bernilai ekonomis. Briket merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari limbah biomassa atau limbah organik. 

Dalam kegiatan ini, limbah serbuk kayu dari baglog dimanfaatkan sebagai bahan biomassa. Briket memiliki keunggulan dibandingkan arang, yakni mengeluarkan asap yang lebih sedikit dan memiliki nyala api yang lebih tahan lama.

Produk briket dari baglog. Foto: Dokumentasi Pribadi
Produk briket dari baglog. Foto: Dokumentasi Pribadi

Proses pembuatan briket dari limbah baglog jamur tiram pun relatif mudah. Limbah baglog dijemur terlebih dahulu untuk mengeringkannya, kemudian diayak untuk membersihkan serbuk kayu dari kotoran dan sisa-sisa jamur. Setelah itu, serbuk kayu disangrai menggunakan panci hingga berubah warna menjadi coklat kehitaman. Setelah didinginkan, serbuk kayu dicampur dengan tepung tapioka menggunakan perbandingan 1:5 dan ditambahkan air panas hingga adonan merata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun