Hari raya Kuningan merupakan rangkaian dari hari raya Galungan yang dilaksanakan oleh umat Hindu, yang jatuh pada 10 hari setelah Galungan di hari sabtu Kliwon wuku Kuningan. Kata Kuningan memiliki makna "kauningan" yang memiliki arti mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi diri demi terhindar dari mara bahaya.
Menurut Bhagawan Dwija, makna dari Kuningan yaitu mengadakan janji/pemberitahuan/nguningang kepada diri sendiri maupun kepada Ida Sang Hyang Parama Kawi, agar dalam hidup ini kita selalu memenangkan kebenaran (dharma) dan mengalahkan kejahatan (adharma).
Makna Kuningan dalam konteks perang batin adalah, manusia mesti membentengi diri dengan tamiang (tameng) yang tiada lain berupa pengendalian diri (indria). Kemampuan mengendalikan diri adalah cerminan kesadaran akan hakikat dan jati diri sang Diri (uning "tahu" atau eling "sadar"). Mungkin itu sebabnya yang mendasari lahirnya nama hari raya Kuningan (kauningan). Pada hari Kuningan yang dipuja tiada lain Dewa Indra, manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai penguasa pengendalian Dasa indria (sepuluh musuh dalam diri manusia). Saat hari Kuningan, manusia disadarkan untuk uning, eling dengan selalu mengendalikan indrianya.Â
Diyakini masyarakat Hindu bahwa saat Hari Raya Kuningan ini Ida Sang Hyang Widhi diiringi oleh para pitara turun ke dunia memberikan berkah bagi umat di dunia, dan pelaksanaan upacara ini hanya sampai setengah hari saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna utama dari hari raya Kuningan adalah untuk memohon keselamatan, kemakmuran, kesejahteraan, perlindungan, dan bimbingan kepada Ida Sang Hyanv Widhi Wasa dan para leluhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H