Melihat talk show yang mengangkat tema "Kemasan Kampanye" ini sangat menarik perhatian saya. Bagaimana tidak, Adrian Maulana langsung mengangkat topik kendaraan yang digunakan para capres-cawapres saat ke KPU. Dijelaskan oleh mbak Dewi Haroen, pak Prabowo dan pak Hatta memang ke KPU naik Lexus itu wajar. Saya juga mengamini kata pakar personal branding ini. Lalu sang presenter merasa tak setuju karena melihat pak Prabowo yang katanya menjunjung tinggi itikadnya untuk menjalankan ekonomi kerakyatan, tapi kok naik mobil mewah? Dengan tegasnya, mbak Rachel Maryam saat itu menjelaskan, "Pemimpin yg kerakyatan harus dituangkan dalam kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Kalau pak Prabowo naik bajaj, ketahuan banget pencitraannya."
Saya sangat setuju dengan apa yang dijelaskan oleh mbak Dewi dan mbak Rachel. Pak Prabowo memang apa adanya, dia tak mau hanya karena ingin menang sebagai presiden di periode 2014-2019 dia harus merubah dirinya menjadi orang lain, apalagi yang dilakukannya hanyalah pencitraan semata. Beda dengan mbak Puan yang berkata tim dari PDIP memang melakukan studi banding dan hasilnya masyarakat memang mengenal Jokowi sebagai capres yang sederhana, makanya dia naik bajaj.
Sekarang terlihat jelas ya, mana capres yang pencitraan mana yang memang apa adanya. Kalau pak Prabowo naik Lexus, itu memang mobilnya dan dia memang dari keluarga yang berada. Namun itu tak berarti ia tak menghormati rakyat. Justru ekonomi kerakyatan yang ingin diwujudkannya dilakukan demi menciptakan kesamarataan penduduk Indonesia. Bedakan dengan capres yang ke KPU naik bajaj hanya karena pencitraan dan biar dianggap sederhana padahal kesehariaannya juga nggak mungkin naik bajaj kan?
Walaupun Adrian Maulana terkesan mendukung salah satu capres, walaupun seharusnya sebagai presenter dia harus netral, tapi saya sangat suka materi yang diberikan oleh mbak Dewi. Beliau berpesan kepada presiden yang terpilih untuk lebih mengatur diri, jangan terlalu sederhana karena rakyat tidak buta.
Ya memang sekali lagi pilihan setiap orang pasti berbeda, saya mendukung Prabowo tapi mungkin anda mendukung Jokowi. Semuanya sah-sah saja. Tapi ada baiknya kita melihat isi dari capres-cawapres kita, dont judge a book by the cover. Nggak berarti capres yang sederhana juga akan selamanya hidup sederhana setelah menjadi RI 1. Belajarlah menilai capres-cawapres dari visi misinya. Supaya nggak salah langkah untuk menentukan siapa pemimpin kita hingga lima tahun ke depan.
#IndonesiaBangkit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H