Masjid Raya Sheikh Zayed Solo merupakan hibah dari putra mahkota Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan untuk Presiden Joko Widodo. Pembangunan Masjid Sheikh Zayed menelan biaya sekitar Rp 300 miliar yang semuanya ditanggung oleh Pemerintah UEA.Â
Masjid ini juga digadang gadang sebagai simbol persahabatan antara Indonesia dan juga Uni Emirat Arab. Masjid ini berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Gilingan,Kecamatan Banjarsari, Surakarta.Â
Masjid Sheikh Zayed telah diresmikan oleh presiden pada tanggal 14 November 2022 dan telah di buka secara umum pada bulan ramadhan tahun ini tepatnya pada tanggal 1 Maret 2023. Tidak mengherankan bahwa Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke Surakarta. Masjid ini juga merupakan salah satu dari 17 prioritas pembangunan kota Solo yang dipamerkan oleh Gibran selaku walikota dari Solo.
Dilansir dari Tribunnews.com, (14/11/2022) Masjid Raya Sheikh Zayed dibangun di atas lahan dengan luas sekitar 3 hektar. Bangunan utamanya memiliki luas mencapai 8.000 meter, sehingga masjid ini mampu menampung sekitar 10.000 orang jamaah, selain masjid ini besar dan megah, masjid ini mempunyai dominasi ornamen khas Timur Tengah karena memang masjid ini mengadaptasi dari desain Sheikh Zayed Grand Mosque.
Menurut data dari kompas.com (Senin (14/11/2023) masjid ini memiliki 82 kubah yang dihiasi dengan batu alam dan satu kubah utama serta ruang VIP, perpustakaan seluas 20 meter persegi. Dan setelah itu akan dibangun Islamic center dii sekitar kompleks masjid. Nantinya, tempat itu bisa menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam.
Pada saat masjid belum resmi dibuka untuk umum, sudah terlihat antusias tamu-tamu dari berbagai wilayah di Indonesia sudah berebut ingin menyaksikan dari dekat kemegahan dan keindahan masjid tersebut.Â
Saat masjid ini mulai dibuka untuk umum pada bulan suci ramadhan tahun ini, masyarakat juga berbondong bondong untuk datang dan ikut beribadah shalat wajib serta shalat tarawih, mereka akan mengeluarkan HP nya dan berselfie atau berfoto di komplek masjid ini, tak heran jika sudah banyak para pengunjung yang mengunggah foto tersebut di media sosial.
Hal ini pasti juga menarik pengguna sosial yang lain juga untuk ikut datang dan memenuhi konten konten media sosialnya. Tidak hanya di luar masjid/ halaman masjid saja, tetapi saat di dalam masjid masih banyak para jamaah yang mementingkan konten pribadinya dibandingkan untuk khusyuk dalam beribadah.
Fenomena ini selaras dengan salah satu teori yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard mengenai Hiperrealitas. Hiperrealitas adalah istilah yang digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan bagaimana individu dapat menciptakan realitas dengan cara yang inklusif dan terbuka.
Simulasi, bagi Baudrillard, adalah proses atau strategi intelektual yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, sedangkan hiperrealitas adalah efek dari tindakan individu, keadaan, atau materi dan/atau pengalaman spasial yang dihasilkan. Hal ini karena adanya konsumsi masyarakat yang semakin meningkat terhadap teknologi dan kebutuhan sosial media mereka.Â
Para pengunjung yang datang untuk berfoto dan mengunggahnya di sosial media mereka, juga merupakan sebuah dampak dari hiperealitas media. Dimana yang mereka tampilkan serta konten yang mereka dapatkan pada akhirnya akan menjadi suatu realitas guna untuk menguatkan citra mereka di realitas semu atau media sosial itu. Tidak hanya unggahan foto saja tetapi juga banyak masyarakat yang memvideokan dan membuat vlog dari masjid Sheikh Zayed Solo.