Di balik kilatan yang menggores langit malam, ada perjalanan yang ditempuh benda-benda langit itu hingga bisa hinggap di antara planet berlautan makhluk. Meteor, atau yang akrab disebut bintang jatuh, tidak sekedar muncul untuk membuat orang berharap doa.
Mulanya, meteor adalah meteoroid, yaitu bebatuan ekstraterrestrial, yang masih melanglang buana di angkasa luas sebelum akhirnya bergerilya dan menerobos atmosfer bumi untuk berganti status sebagai meteor. Puing-puing dari meteor yang mencapai tanah kemudian disebut meteorit. Sebelum semuanya itu, mereka adalah bongkahan dari kesatuan yang besar, sebagian dari komet, sebagian dari asteroid, dan sebagian lain dari planet atau bahkan satelit-satelit alami seperti bulan. Mereka merupakan sisa-sisa batuan dan es dari komet yang tengah mengitari tata surya, dari sinilah kedua orbit serpihan komet dengan yang orbit empunya sang planet biru bersinggungan dan tertarik gravitasi.
Puncak hujan-hujan meteor bervariasi dalam hal malam puncaknya, dimana juga durasi ‘presipitasi’-nya ada yang terhitung berjam-jam, dan ada pula yang terhitung bermalam-malam lamanya. Bulan Agustus mencatat frekuensi hujan meteor terbanyak, ada pula salah satu jenisnya yang paling prominen di pertengahan bulan ini disebut Perseids. Walau demikian, sepanjang tahun pun tersebar periode-periode aktifnya sebuah hujan meteor.
 Beberapa di antaranya yang meramaikan tahun 2021: Quadrantids, Lyrids, Eta Aquarids, Southern Delta Aquariids, Perseids, Orionids, Leonids, Geminids, dan Ursids, tersusun berdasarkan urutan bulan kejadian serta nama yang bereferensi dari asal konstelasi para meteor.  Seperti disebutkan, Perseids dikatakan sebagai pelopor karena merupakan jenis yang pertama diteliti 6 abad lalu.Â
Mendekati titik awal revolusi tahun 2022 dan tutupan tahun 2021, ada beberapa hujan meteor yang mungkin bisa menemani malam-malam bernuansa natal, sebagai berikut:
- Geminids, periode aktif: 4 - 20 Desember dan memuncak sekitar 13-14 Desember. Dikatakan bahwa Geminids berasal dari semacam objek serupa asteroid yang dinamakan 3200 Phaethon, tergolong komet mayor yang baik diamati tengah malam.
https://www.infoastronomy.org/2019/12/sabtu-bersama-hujan-meteor-geminid.html
- Ursids, periode aktif: 17 - 26 Desember dan memuncak sekitar 22-23 Desember. Ursids biasanya menerangi langit malam di solstis musim dingin dan berasal dari komet 8P/Tuttle, estimasi menyarankan agar para penonton mulai bersiap sekitar jam 3 subuh dini hari.
https://astronesia.blogspot.com/2014/12/puncak-huja-meteor-ursid-2014-terjadi.html
- Phoenicids, periode aktif: 04-06 Desember dan memuncak pada 05 Desember, malam ini. Merupakan hujan meteor variabel kelas III yaitu yang terbaik disaksikan di kala senja, berbeda dari yang lain pada umumnya.
https://theskylive.com/meteorshower-phoenicids
- Puppids/Velids, periode aktif: 01-15 Desember dan memuncak pada tanggal 6/7 Desember. Merupakan komet minor yang lebih sulit dinikmati oleh mata telanjang, karena cenderung sporadis atau tidak tentu.
http://strangesounds.org/2015/04/two-meteor-showers-the-lyrids-and-pi-puppids-will-peak-simultaneously-between-the-22-and-24-april-2015.html
Menantikan hujan meteor dapat diasosiasikan dengan memancing, yang butuh perseverasi dalam penantiannya, namun pemandangan di akhir bisa membayar waktu dan usaha yang dikerahkan dalam prosesnya.
Selamat menyaksikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H