Mohon tunggu...
Vanessa Claudia
Vanessa Claudia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Saya Vanessa Claudia, ingin mengembangkan bakat saya dalam menulis. Saya harap tulisan saya dapat berguna bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ketidaksetaraan Gender dalam Rumah Tangga: Sudut Pandang Wanita

18 Mei 2024   00:10 Diperbarui: 18 Mei 2024   00:11 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Unsplash.com

Ketidaksetaraan gender merujuk pada ketidakadilan atau diskriminasi yang dialami seseorang berdasarkan jenis kelamin atau identitas gender mereka. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pekerjaan, pendidikan, keuangan, kesehatan, dan kehidupan sosial. Ketidaksetaraan gender adalah masalah yang tidak hanya terjadi di ranah publik, tetapi juga dalam lingkup paling intim: rumah tangga. Meskipun mungkin tersembunyi di balik tirai rumah, ketidaksetaraan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan individu, hubungan keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. 

Ketidaksetaraan gender dalam pembagian kerja rumah tangga tidak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Hubungan suami-istri yang seharusnya merupakan sumber dukungan dan kerja sama dapat terganggu, yang pada gilirannya dapat berdampak pada perkembangan anak-anak.

Para istri selalu diremehkan suami. Para istri sering kali dianggap tidak berguna. Mereka dianggap lemah. Istri selalu dimaki-maki suami hanya karena masalah sepele. Misalnya, ketika masakan tidak enak, istri yang disalahkan. Ketika pakaian tidak rapi, istri yang disalahkan, Ketika anak sakit, istri yang disalahkan. 

Sebaliknya, kebanyakan istri lebih memilih diam saat suaminya melakukan kesalahan karena para istri tahu tidak ada gunanya berdebat dengan suami yang ujung-ujungnya tetap merasa benar dan tidak mau disalahkan. Hal ini karena yang ada di pikiran seorang laki-laki adalah wanita tidak bisa apa-apa. 

Padahal, suami dan istri memiliki peran masing-masing yang tentunya berbeda sesuai kemampuan masing-masing. Para suami memang memiliki peran dalam mencari nafkah yang tentunya tidak mudah. Para suami menjadi kepala keluarga yang akan mengatur keluarganya. Namun, seorang istri juga memiliki peran yang penting. Istri yang hamil selama 9 bulan, menahan rasa sakit melahirkan, dan mengurus anak dan rumah tangga. Apalagi di zaman sekarang, dalam 1 keluarga ada 2 anak atau lebih. Istri akan menanggung beban yang lebih berat lagi. 

Terkadang, saat ada acara atau hanya sekedar pergi jalan-jalan, istri selalu disalahkan karena membuat suami telat. Padahal, dalam situasi ini, pekerjaan istri lebih berat daripada suami. Istri harus mengurus dirinya sendiri, seperti merias wajah dan mencari pakaian yang cocok karena kebanyakan suami akan kesal jika istri pergi dengan penampilan yang biasa. Ini saja sudah memakan waktu yang banyak. Tidak hanya itu, istri juga harus mengurusi anaknya. 

Jadi, istri tidak hanya mengurus diri sendiri, tetapi mengurus lebih dari 1 orang. Sedangkan suami hanya mengurus dirinya sendiri. Jika telat, kebanyakan suami selalu menyalahkan istrinya. Padahal, jika dalam situasi mendesak seperti ada acara penting atau acara yang harus dihadiri tepat waktu, para suami bisa membantu istrinya mengurus anaknya. Dengan begitu, pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan.

Ketidaksetaraan gender dalam pembagian tugas rumah tangga terlihat jelas dalam bagaimana peran gender didefinisikan dalam masyarakat. Perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, sedangkan laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah. Dengan demikian, perempuan sering menghadapi tekanan ganda dan beban emosional yang berat karena harus mengurus rumah tangga dan bekerja di luar rumah. Laki-laki, sebaliknya, cenderung tidak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, menciptakan ketidakseimbangan dalam pembagian kerja.

Pentingnya kesetaraan gender dalam pembagian tugas rumah tangga harus dipahami oleh masyarakat secara luas. Perlu ada perubahan budaya yang mendalam untuk mengubah pandangan tradisional tentang peran perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga. Suami dan istri harus berkomunikasi dengan baik dan mencari cara untuk mencapai kesepakatan tentang pembagian kerja yang adil. Pemerintah, lembaga sosial, dan pengusaha juga memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan ini. Program-program pendidikan dan kesadaran gender harus didorong untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu kesetaraan gender dan pentingnya pembagian kerja yang adil.

Kebanyakan wanita tidak memiliki pilihan lain selain terus menerus menghadapi konflik dalam pernikahan mereka. Banyak yang memilih untuk bertahan demi keluarga mereka, namun, ada juga yang sampai pada titik di mana mereka tidak lagi sanggup dan memilih untuk bercerai sebagai jalan keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun