Kasus hilangnya pesawat Boeing 777-200ER dengan nomor penerbangan MH370 yang lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014 silam masih menjadi misteri hingga saat ini di tahun 2022. Pesawat yang mengangkut 239 orang ini telah menjadi sejarah pesawat dengan pencarian waktu paling lama pada abad 21 ini. Pada awalnya, penerbangan berjalan lancar setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju China sekitar pukul 12:41 waktu setempat dan mencapai ketinggian jelajah 10.700 meter pada pukul 01:01. Aircraft Communication Addressing and Reporting System (ACARS) mengirimkan transmisi terakhirnya pada pukul 01:07 dan komunikasi suara terakhir dari kru terjadi pada pukul 01.19, lalu, pada pukul 01.21 transponder pesawat yang berkomunikasi dengan kontrol lalu lintas udara telah dimatikan, tepat saat pesawat akan memasuki wilayah udara Vietnam di atas China Selatan. Â Pada 01:30 radar militer dan sipil Malaysia mulai melacak pesawat saat berbalik dan kemudian terbang ke barat daya di atas Semenanjung Malaya dan kemudian ke barat laut di atas Selat Malaka. Pada 02:22 radar militer Malaysia kehilangan kontak dengan pesawat di atas Laut Andaman. Satelit Inmarsat di orbit geostasioner di atas Samudra Hindia menerima sinyal setiap jam dari penerbangan 370 dan terakhir mendeteksi pesawat pada pukul 08:11.
Setelah dipastikan bahwa penerbangan telah berbelok ke barat sesaat setelah transponder dimatikan, pencarian dilakukan sekitar Selat Malaka dan Laut Andaman. Karena tidak membuahkan hasil dan tidak menemukan bukti apapun, pencarian diperluas ke Samudra Hindia, Asia Tenggara dan Asia Tengah di busur utara. Dengan hasil yang sama, yakni tak menemukan titik terang apapun. Pada 24 Maret 2014 Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak mengumumkan bahwa penerbangan itu jatuh di bagian terpencil Samudra Hindia 2.500 km (1.500 mil) barat daya Australia.Â
Konferensi pers tersebut tidak menyurutkan semangat para peneliti untuk terus mencari dan berusaha untuk memecahkan kasus misteri tersebut. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 26 negara yang melakukan usaha untuk mencari dan menemukan pesawat tersebut. Cina pernah menemukan puing pesawat pada saat melintasi pantai barat Australia. Hal ini diperkuat dengan Australia yang juga pernah menemukan palet kayu yang berdampingan dengan puing-puing pesawat. Prancis dan Cina mengeluarkan informasi satelit yang mengindikasikan adanya benda mengambang di lepas pantai barat Australia. Namun barang tersebut belum bisa dipastikan adalah bagian dari pesawat MH370 karena bisa jadi benda tersebut adalah puing ataupun sisa pecahan dari kecelakan pesawat lain.
Penemuan sayap kanan flaperon ditemukan di pantai Pulau Runion, Prancis, sekitar 3.700 km (2.300 mil) barat wilayah Samudra Hindia disusul dengan penemuan 27 keping  ditemukan di pantai Tanzania, Mozambik, Afrika Selatan, Madagaskar, dan Mauritius. Dari 27 puing hanya 3 puing yang bisa dipastikan milik MH370 dan ditemukan di laut Afrika, itu berarti hal ini masih harus dianalisa lebih lanjut karena berdasarkan pergerakan pesawat, sangat tidak mungkin jika pesawat tersebut melewati Afrika. Â
Black box merupakan hal penting dalam pencarian pesawat dikarenakan black box mampu merekam seluruh perjalanan pesawat. Angkatan Laut Amerika Serikat memerintahkan pengiriman alat pendeteksi khusus kotak hitam ke wilayah sekitar 2.500 kilometer di sebelah barat daya Perth. Pencarian ini melibatkan 10 pesawat dalam upaya pencarian untuk memperkuat dua pesawat militer Cina Bersama Australia, AS, dan Jepang. Cina juga mengirimkan tujuh kapal, menambah kapal angkatan laut Inggris dan Australia yang sebelumnya telah terlibat pencarian. Namun tetap saja tak menunjukan hasil apapun.
Peter Foley merupakan direktur operasi Australian Transport Safety Bureau (ATSB) untuk pencarian MH370. ATSB bersikeras untuk terus berusaha menemukan pesawat yang hilang ini agar dapat memberikan kejelasan pada pihak keluarga penumpang.
Andrew Milne dari Unicorn Aerospace juga merupakan tokoh yang berperan dalam pencarian pesawat ini. Andrew berniat untuk melakukan misi pengintaian di tahun ini. Hal ini disampaikan berdasarkan pada radar terakhir yang diterima yakni di atas Kamboja, khususnya hutan Kamboja. Milne membentuk 2 tim untuk melakukan pengintaian ke hutan Kamboja dan menetapkan lokasi kecelakaan yang hampir tidak mungkin untuk dicapai dengan berjalan kaki dan kemudian dikirim drone pengintai untuk mengkonfirmasi keadaan lokasi kecelakaan yang sekarang telah sepenuhnya ditumbuhi vegetasi hutan. Milne juga akan akan menghubungi intel militer China, Rusia dan AS dan meminta sapuan penginderaan jauh dari luar angkasa. Sapuan tersebut digunakan untuk melihat massa aluminium dan titanium yang terkandung dalam tanah hutan tersebut. Berdasarkan hasil drone Milne, tampak tata letak Boeing 777 skala 1:1 ke lokasi yang menurut Milne cocok dengan ukuran skala Malaysia Flight MH370. Pengujian aluminium dan titanium yang dilakukan oleh Andrew tidak dapat dijadikan tolak ukur keberadaan pesawat tersebut. Jika benar menemukan lokasi keberadaan pesawat yang cocok dan sesuai dengn MH370 berarti seharusnya ditemukannya tanda ledakan ataupunhantaman yang keras pada daerah sekitar itu. Dengan adanya hantaman atau ledakan, dapat dianaisa bahwa akan terjadi kekosongan atau perbedaan tumbuhan diskitar ledakan dan di daerah lainnya yakni menjadi lebih sedikit, kurang subur atau sedikit tumbuhan.
Pencarian telah menelan biaya ratusan juta dollar dan masih ada permintaan dari anggota keluarga untuk menemukan orang yang mereka cintai. Karena memungkinkan puing atau serpihan pesawat tersebut berada dibalik ngarai atau jurang. Puing-puing itu bisa berada di kedalaman 4.000 meter. Salah satu teori adalah bahwa kasus ini adalah pilot hijacking; pilot mengambil kendali, dan menonaktifkan teknologi radar sebelum berbalik di atas Teluk Thailand dan menuju ke barat. Mr Gleave menyampaikan bahwa benar pesawat itu akan disembunyikan, seharusnya dijauhkan dari jangkauan pencarian pesawat lain, khususnya pencarian yang dilakukan oleh Australia.
Beberapa tahun lalu, juga pernah beredar berita mengenai penulis sains asal Amerika Serikat, Jeff Wise dalam majalah New York Magazine mengatakan keterlibatan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam memerintahkan pasukan khusus untuk mencuri pesawat Malaysia Airlines MH370 dan mendaratkannya di bandara besar di Kazakhstan. Wise juga berargumen bahwa Putin telah memalsukan data penerbangan tersebut berdasarkan data ping dari MH370 selama tujuh jam setelah hilang kontak. Data itu direkam oleh satelit komunikasi Inggris, Inmarsat. Dengan tidak adanya bukti yang dilampirkan oleh Wise, maka sulit dipercaya sekalipun nalar dan logika berpikir Wise masuk akal.
Insinyur kedirgantaraan Inggris Richard Godfrey, anggota pendiri Grup Independen MH370 dan seorang insinyur dengan latar belakang dalam membangun sistem pendaratan otomatis dan sistem autopilot untuk pesawat, ini melakukan analisis dan pengamatan keberadaan pesawat tersebut berdasarkan anomali sinyal radio dari malam penerbangan tersebut. Weak Signal Propagation Reporter (WSPR) merupakan teknologi perekam apapun yang melewati gelombang ini. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Godfrey, ada 160 sinyal terganggu di atas Samudra Hindia pada malam kejadian tersebut. Menurut Godfrey, kurang memungkinkan jika pesawat tersebut dibajak, hal ini dibuktikan dengan analisis bahwa pesawat melakukan putaran 360 derajat seakan ingin mendarat pada sebuah bandara itu berarti pesawat tidak berada dalam mode autopilot. Namun, jika pesawat tersebut dibajak oleh kepentingan tertentu, pembajak yang menerapkan pola holding selama sekitar 20 menit, tentu saja pilot dan kru akan langsung berkomunikasi pada pemerintah untuk membuat sebuah keputusan. Dapat disimpulkan sementara bahwa, pilot sengaja menerbangkan pesawat hingga terlupakan karena jika pesawat mampu berputar 360 derajat untuk beberapa putaran, itu berarti pilot berada di bawah kesadaran sepenuhnya.
Tahun 2022, Godfrey telah menerbitkan laporan baru berdasarkan WSPR dengan dugaan bahwa MH370 mungkin terletak di 33.177S 95.300E di selatan Samudra Hindia, sekitar 2.000 km sebelah barat kota Perth, Australia. Hal ini sejalan dengan hasil analisa Dekan Departemen Oseanografi Universitas Western Australia, Profesor Charitha Pattiaratchi beberapa waktu lalu. Keberadaan pesawat ini diperkirakan berada pada kedalaman sekitar 4.000 meter di dasar laut, di daerah dengan banyak gunung bawah tanah. MH370 berada di titik pasti yang ditentukan oleh perhitungan data adalah sekitar 33 derajat selatan dan 95 derajat timur di Samudera Hindia. Jika para peneliti mampu menemukan titik pesawat, maka seharusnya juga semakin mudah untuk menemukan blackbox, dengan menemukan blackbox maka pasti akan terjawab semua misteri kemanakah pesawat yang hilang selama 8 tahun tersebut.